Tolak tanaman keras
Salah satu perwakilan petani tebu, Wawan, mengatakan, para petani menolak jika lahan tebu mereka akan diganti dengan tanaman keras.
Menurut Wawan, para petani penggarap sudah mengeluarkan modal besar untuk memulai menanami tebu di lahan kosong milik Perhutani.
"Kalau mau melakukan penanaman tanaman keras, kami setuju saja asal tidak di lahan yang sudah kami tanami tebu," ujarnya saat ditemui wartawan di lokasi acara.
Baca juga: Pernah Serang Tito Karnavian, Anggota KKB Osimin Wenda Ditangkap Satgas Nemangkawi
Wawan mengatakan, para petani penggarap juga bersedia membayar bagi hasil tanaman tebu dengan pihak Perhutani.
"Tidak masalah, yang penting penataan sharing itu pihak Perhutani lebih disiplin. Gitu aja," tegasnya.
Administratur Perhutani KPH Blitar Teguh Jati Waluyo mengatakan, memaklumi protes yang disampaikan para petani tebu di lahan milik Perhutani.
Menurut Teguh, para petani memanfaatkan lahan milik Perhutani di perbukitan Blitar bagian selatan yang gundul akibat penjarahan hutan yang terjadi di era awal pasca-reformasi 1998.
Baca juga: 208 Orang Meninggal Selama PPKM Darurat, Kasus Kematian Covid-19 Blitar Naik 330 Persen
Penyelamatan sumber air dan mitigasi banjir
Menurut pegiat lingkungan Agus Budi Sulistyo dari Yayasan Karya Cipta Abisatya, para petani menggeruduk lokasi acara peluncuran penghijauan lahan hutan gundul di Dusun Kepek, Desa Ngeni lantaran salah paham.
Agus mengatakan, para petani menyangka penghijauan tersebut akan menutup semua lahan yang sejak sekitar tahun 2017 mereka tanami tebu.
"Padahal yang hendak kita tanami tanaman keras itu tidak lebih dari 10 persen lahan yang selama ini ditanami tebu oleh para petani penggarap," ujar Agus kepada Kompas.com.
Bukan hanya sebagian saja yang akan ditanami tanaman keras untuk kepentingan konservasi hutan dan lingkungan, ujarnya, tapi penanaman pun juga akan melibatkan para petani penggarap.
Baca juga: RSUD Ngudi Waluyo Blitar Kehabisan Stok Oksigen Tabung
Menurut Agus, sebenarnya selama ini sudah ada kesepakatan antara tiga pihak yaitu perwakilan petani tebu, Perhutani, dan warga yang menghendaki adanya tanaman keras.
Kesepakatan tersebut, ujarnya, adalah melakukan penanaman pohon sengon di sejumlah area lahan dengan kemiringan tertentu sebagai upaya mengurangi resiko bencana banjir di musim penghujan.
"Sudah sepakat untuk penanaman sengon dan hasilnya pun nanti akan diambil semua oleh petani. Kenapa tiba-tiba mereka menolak," ujarnya.