KEDIRI, KOMPAS.com - Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur mengungkap teknik pembangunan fondasi candi Situs Klotok yang ada di kawasan Gunung Klotok (536 mdpl), Kota Kediri, Jawa Timur.
Para arkeolog telah melakukan ekskavasi selama sepuluh hari yang berakhir pada 25 Juni 2021. Ekskavasi itu bagian dari rangkaian yang telah dilakukan sejak 2018 dengan temuan tiga candi dan sebuah petirtaan.
Ketua tim ekskavasi Nugroho Harjo Lukito mengatakan, konsentrasi ekskavasi kali ini berada di lokasi candi tiga, dengan tujuan mengungkap dasar struktur candi hingga tuntas.
"Ekskavasi kali ini kami berhasil melakukan penggalian menyeluruh, menampakkan seluruh bidang candi Klotok tiga," ujar Nugroho yang ditemui di sela-sela ekskavasi, Kamis (24/6/2021).
Teknik pembangunan fondasi candi, menurutnya, dibangun dengan cara menggali tanah seukuran luas candi terlebih dahulu. Kedalamannya mencapai 90 centimeter.
Pada galian berbentuk bujur sangkar itu kemudian diletakkan batu bata sebagai fondasi, dengan jumlah 10 tingkat bata masing-masing bata setinggi sembilan centimeter.
Lalu pada bagian atasnya diisi dengan remah bata limbah pembuatan tepian candi. Pengisian pada sekeliling struktur candi ini berfungsi sebagai pemadat.
Teknik fondasi itu, kata Nugroho, bertujuan untuk membuat bangunan yang kokoh tak tergoyahkan. Sebab, dengan demikian bata fondasinya diapit oleh batu padas yang berkontur cukup keras.
Baca juga: Arkeolog Pastikan Situs Candi Gedog Hanya Sisakan Fondasi, Bagian Tubuh Candi Sudah Hilang
Terdapat beberapa teknik yang didgunakan dalam pembangunan candi. Di antaranya dengan landasan batu andesit yang ada di permukaan, lalu dibangun struktur candi.
"Di sini (candi Klotok) berbeda. Digali dulu, baru menempatkan bata di lubang (fondasinya). Kalau sekarang seperti cara membikin fondasi rumah," ujarnya.
Ekskavasi itu juga menemukan adanya talud yang berada pada bagian depan dan belakang candi. Talud itu sebagai dinding penahan agar halaman candi yang berbatasan dengan lereng gunung tidak longsor.
Selain itu, ditemukan wadah pripih pada bagian depan dan belakang candi. Hanya saja wadah pada bagian belakang, sudah tidak dalam posisi aslinya, bahkan struktur sekitarnya sudah rusak diduga akibat penjarahan masa lalu.
Pada pripih bagian depan, arkeolog menemukan dua buah periuk dengan wadah gerabah. Gerabah tersebut berhiaskan motif tali dengan teknik tekan.
Artefak-artefak tersebut akan dipelajari lebih lanjut untuk mengungkap masa peradabannya.
"Akan kita analisis lebih jauh di kantor," lanjut Nugroho.