Pola serupa juga dapat ditemui di lingkungan lain, lingkungan Lok'es dimana sebuah mushala berdiri kurang dari 200 meter dari sebuah vihara dan hanya sekitar 50 meter dari sebuah pura.
Di dua sekolah tingkat dasar di desa itu, terdapat rumah ibadah bagi umat beragama yang berbeda-beda bagi siswa dan pengajarnya.
Di SDN 1 Balerejo yang terletak sekitar 50 meter dari Balai Desa, terdapat sebuah mushala, sebuah centiya (wihara kecil) dan sebuah padmasari (pura kecil).
Setiyoko mengatakan, di SDN 1 ini juga akan dibangun gereja karena ada sejumlah siswa-siswi dari keluarga yang memeluk Kristen.
Baca juga: 147 Pekerja Migran Sudah Pulang ke Blitar Sejak Minggu Kedua April
Menurutnya, kebersamaan warga Balerejo dapat terjaga juga karena hampir seluruh warga masih memiliki ruang bersama dalam menjalani beragam tradisi dalam bingkai budaya Jawa.
"Misalnya pada kegiatan tahunan bersih desa, seluruh warga disatukan oleh ritual ruwatan yang sama," ujar Setiyoko, yang juga seorang pemeluk agama Hindu itu.
Senada, Jaenuri menambahkan, setiap pura Hindu menggelar ritual semacam ulang tahun berdirinya yang dilakukan dua kali dalam setahun.
Pada upacara itu, ujar Jaenuri, warga di sekitar pura akan diundang untuk ikut makan bersama dalam tradisi kenduri atau "takiran".
"Biasanya juga ada acara menyanyikan tembang-tembang Jawa kuno dengan iringan gamelan. Saya yang beragama Buddha pun biasanya ikut, termasuk beberapa remaja masjid juga terutama yang suka gamelan dan tembang Jawa," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.