Menurut Seran, toleransi penting dimiliki masyarakat di daerah wisata. Sebab, banyak wisatawan yang bakal berkunjung ke wilayah itu.
Para wisatawan itu, kata dia, tak jarang memilik perbedaan budaya dengan masyarakat kita.
“Bukan hanya toleransi soal agama yang kita tanamkan anak-anak ini, tapi kita coba memberikan pemahaman toleransi soal budaya, kita tau sendiri kalau berbicara wisatawan akan ada banyak kebudayaan yang masuk,” ujar Seran.
Seran mencontohkan cara berpakaian wisatawan asing yang lebih terbuka.
Baca juga: Kisah Ruth Seran, Beri Kursus Gratis 5 Bahasa Asing ke Anak-anak Pesisir Lombok
Menurutnya, masyarakat harus memahami dan menghargai cara berpakaian turis tersebut. Masyarakat, kata dia, harus menghargai perasaan mereka dan tak membuat turis tersinggung.
“Kan biasa itu kalau ada turis, yang pakaiannya agak terbuka, terus biasanya juga ditatap-tatap, nah ini yang kadang kala membuat wisatawan tersinggung, jadi tidak suka dengan wisata kita” kata Seran.
“Orang boleh tidak suka, tapi tidak harus diucapkan di depan orang itu,” ungkap Seran.
Perempuan yang akrab disapa teacher Noy itu mengajar puluhan anak Pantai Ekas di bawah pohon yang bernama tree of hope atau pohon harapan Ekas.