Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Berta 11 Tahun Jadi Guru Honorer, Jalan Kaki Susuri Hutan ke Sekolah dan Dipinjami Pondok oleh Warga

Kompas.com - 25/11/2020, 13:55 WIB
Rachmawati

Editor

Namun, saat membayangkan wajah anak muridnya, Berta kembali luluh. Ia tak tega meninggalkan anak-anak di sekolah tersebut.

“Saya kadang capek jalan kaki. Makin tua, sudah tidak kuat lagi, saya hampir menyerah, tapi kasihan anak-anak,” kenang Berta.

Karena alasan itu, Berta bertahan mengajar hingga saat ini, meski tiap hari harus berjalan kaki menuju sekolah.

Baca juga: Jadi Guru Honorer Itu Banyak Membatin, Tidak Tahan kalau Bukan Panggilan Jiwa

Mengajar di tiga kelas

Di sekolah itu, Berta mengajar murid kelas I, II dan III.

Jumlah murid tiga kelas ini tujuh orang, yang terdiri dari kelas I tiga orang, kelas II satu orang, dan kelas III tiga orang. Murid tiga kelas ini digabung dalam satu ruang kelas dan Berta ditunjuk sebagai wali kelas.

Sementara itu, tiga kelas lainnya, yaitu IV, V, dan VI, wali kelasnya adalah Herpina (27). Sekolah ini hanya punya dua guru honor, yakni Berta dan Herpina, dengan jumlah 17 murid.

Karena gedung sekolah hanya punya dua ruang kelas, masing-masing ruang ditempati tiga kelas.

Baca juga: Cerita Guru Honorer David Berdayakan Lansia untuk Buat Pot Sabut Kelapa: Gaji Minus Tak Masalah

Tempat duduk para murid dipisah berdasarkan tingkatan kelas.

Melihat kondisi sekolah tempat Berta mengajar jauh dari kesan layak. Terlihat seng atap ruang kelas yang penuh karat ditambah keramik dan fondasi bagian belakang gedung yang sudah retak.

Bangunan berusia 25 tahun ini jadi satu-satunya bangunan beton di kampung ini.

Sekolah ini induknya di SDN 004 di Kota Samarinda. SD Filial dibangun Pemkot Samarinda untuk kegiatan belajar mengajar anak-anak di kampung ini. Sebab, letak kampungnya jauh dari sarana pendidikan.

Jarak Samarinda menuju kampung ini sekitar 25 kilometer.

Baca juga: Tahun Depan, Gaji Guru Honorer di Banjarmasin Naik

Kampung yang dihuni sejak 1982 memiliki luas sekitar 11 hektar. Kini, sudah ada 64 kepala keluarga yang bermukim di kampung ini yang rata-rata berprofesi bertani dan berkebun.

Tahun 2000-an, Pemkot Samarinda memasukkan kampung jadi wilayah administrasi Samarinda karena beberapa RT dinilai lebih dekat. Pemkot Samarinda juga membuka jalan penghubung menuju kampung ini dari Samarinda melewati jalur Batu Besaung.

Namun, belakangan proyek semenisasi jalan disetop dan muncul tarik ulur perebutan wilayah dengan Pemkab Kutai Kertanegara.

Baca juga: Cerita Guru SD Salah Pencet, Keliru Kirim Video Asusila ke Grup WhatsApp Wali Murid

Konflik berakhir pada 2012 setelah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak kala itu mengeluarkan SK Nomor 136/590/BKPW-C/I/2012 tentang kepemilikan wilayah oleh Pemkab Kutai Kartanegara.

Keputusan ini memberi konsekuensi nasib SDN Filial. Aset gedung sekolah dipunyai oleh Pemkot Samarinda, tetapi lahan milik Pemkab Kutai Kertanegara.

Sampai saat ini kasus itu masih menggantung. Pemkot Samarinda mengaku khawatir perbaikan gedung sekolah karena aset berdiri di lahan Pemkab Kukar.

Baca juga: Cerita Guru di NTT, Berjalan 2 Kilometer dan Mendaki Bukit demi Sinyal Telepon dan Internet

Terlepas dari polemik kepemilikan lahan, letak sekolah yang jauh dan akses masuk yang sulit membuat guru-guru yang mengajar di sekolah ini tidak bertahan lama.

Berta mengaku, ia tak bisa berharap banyak dari pemerintah soal peningkatan status.

“Mau tes PNS umur sudah tua. Tidak ada kesempatan lagi, jadi jalani saja saat ini,” ungkap Berta pasrah.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Zakarias Demon Daton | Editor: Dony Aprian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com