Pada akhir 2019, semak belukar dan tanaman liar yang tumbuh di lahan 'angker' itu mulai dibersihkan agar bisa ditanami.
Lahan tidur itu kemudian ditanami aneka sayuran dengan pola dan sistem organik. Sayuran yang ditanam antara lain sawi, terong, cabai dan tomat.
"Jenis sayur yang ditanam di sini menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan warga," ungkap Katari, Koordinator Pengelola Kebun.
Dia menuturkan, dalam mengelola lahan tanaman sayur, warga menyepakati tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sama sekali.
Sebagai nutrisi tanaman, dipilih pupuk kandang sebagai pupuk dasar dan pupuk lanjutan.
"Kami memilih bertanam organik karena sayurannya lebih sehat. Biayanya juga lebih murah," ujar Katari.
Selain menanam sayur yang menjadi kebutuhan harian warga lingkungan RT 04, pihaknya juga menanam sawi untuk dijual ke lingkungan lain.
Hingga saat ini, panen sawi sudah berlangsung selama 4 kali dengan usia tanaman 1,5 bulan.
Pada periode pertama dan kedua, hasil panen sawi dibagikan kepada seluruh penduduk di lingkungan RT 004.
Sedangkan pada periode ketiga dan keempat, hasil panen sawi sebagian dibagikan ke warga dan sebagian lainnya dijual kepada pemilik E-Warong.
"Panennya memang lebih lama karena enggak pakai (pupuk) kimia sama sekali. Tapi, sawinya lebih enak, lebih sehat," ujar Sumarlik, warga RT 004 Kelurahan Miji.
Dia mengatakan, untuk kebutuhan sayur yang diperlukan saat memasak, warga tinggal datang ke kebun dan mengambilnya sayuran yang diinginkan sesuai keperluan.
Selain menjadi lahan tanaman sayur, kebun itu juga disulap menjadi taman bermain, tempat kumpul warga dan tempat berolahraga.
Di tengah lokasi kebun, dibangun Gasebo, beberapa tempat duduk dan meja dari kayu yang ditempatkan di bawah pohon, serta lapangan bola voli.
Suasana bersih, sejuk dan asri di kebun yang dulunya dikenal sebagai tempat 'angker' tersebut membuat tempat itu digandrungi masyarakat.