Dengan semangat mudanya, para petani ini mengembangkan agro wisata.
Selain untuk mengajak berwisata ke Pampang, juga memperpendek mata rantai penjualan hasil pertanian semangka yang dikembangkan tiga tahun terakhir.
Nantinya tidak hanya buah semangak, para petani muda ini sedang membuat konsep untuk mengembangkan tanaman lain seperti tomat, sayuran, hingga cabai.
"Konsep agro ini dikembangkan untuk mengurangi pembelian tengkulak yang biasanya membeli hasil panen dengan harga murah," kata dia.
"Dengan konsep agro ini petani bisa langsung menjual ke konsumen. Petani untung, konsumen juga mendapatkan hasil pertanian yang masih segar, dan lebih murah," ucap Rohmat.
Baca juga: Petani Karawang Terpaksa Beli Pupuk Non-subsidi, Biaya Produksi Naik 3 Kali Lipat
Rohmat yakin dengan konsep yang dibuat bersama para pemuda di Kalurahannya, akan mendorong petani muda untuk tampil, dan tidak malu lagi menjadi berprofesi sebagai petani.
Bulan ini ada ribuan semangka yang dijual langsung oleh para petani milenial.
Pemasaran pun mengikuti konsep milenial dengan menggunakan media sosial yang sudah biasa dipegang oleh para milenial.
Keberhasilan Kalurahan Pampang mengembangkan agrowisata, memancing petani muda di di Padukuhan Klayar, Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar.
Puluhan petani milenial konsep pariwisata agrowisata. Hal ini dilakukan dengan menyulap lahan gersang di dekat aliran Kali Oya menjadi kebun buah.
Baca juga: Jadi Petani Sayur, Mantan Guru Honorer Ini Punya Omzet sampai Rp 10 Juta Sebulan
Pada tahap awal fokus pengembangan ke buah semangka, tapi di lahan seluas hampir empat hektar juga ditanami pohon buah keras seperti mangga, nangka dan lainnya.
"Konsep agrowisata di Klayar mirip pengembangan kebun buah di Pampang," ucap Pendamping Kelompok Petani Milenial Klayar, Budi Susilo.