Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Gunungkidul Puluhan Tahun Tak Ada Air Bersih, Beli Air Pun Harus Antre

Kompas.com - 08/09/2020, 15:43 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Kemarau melanda Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.

Minimnya sumber air bersih mengharuskan relawan dari Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengambil air dari wilayah Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. 

Seperti di Padukuhan Papringan, Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, sejak beberapa bulan terakhir warga tidak memiliki air. Sebab, di wilayah Padukuhan Papringan tidak ada sumber air, warga hanya mengandalkan bak penampungan air hujan (PAH).

"Terdampak semua soalnya sumber air yang ada sudah tidak ada selain tangki kalau musim kemarau, beli air dari sumber air Pracimantoro dan Sadeng," kata Kepala Padukuhan Papringan Suharno kepada wartawan, Selasa (8/9/2020).

Baca juga: Sempat Dirumahkan, Ratusan Pekerja di Gunungkidul Kembali Bekerja

Di sela pengiriman bantuan dari BPBD Gunungkidul, Suharno kembali bercerita jika selama puluhan tahun warga sekitar belum ada sambungan air bersih yang sampai ke wilayahnya.

Setelah PAH habis karena hujan menghilang sejak beberapa bulan terakhir, warga kembali harus membeli air bersih dari tangki swasta dengan harga Rp 120.000 sampai Rp 150.000 per 5000 liter air. 

"Air dibeli dari tangki swasta paling dua minggu tapi kalau yang mempunyai keluarga banyak enggak sampai dua minggu soalnya untuk kebutuhan air bersih di rumah juga untuk minum ternak sapi," ucap Suharno.

Salah satu warga Padukuhan Papringan, Jumiran mengaku sejak bulan Juni dirinya sudah terdampak kekeringan.

Untuk mendapatkan air bersih pun dirinya harus mengantre karena tangki swasta juga dipesan oleh warga lainnya.

"Ya beli tangki air ya kadang-kadang sumber airnya saja diambil harus antre, pesan sekarang besok baru datang," ucap Jumiran.

Baca juga: Kekeringan Meluas di Gunungkidul, 129.000 Jiwa Terdampak

Kegembiraan terasa ketika sebuah tangki bantuan air dari BPBD Gunungkidul datang untuk mengisi bak air. Sejak pagi, belasan jeriken dan wadah air lainnya sudah dipersiapkan warga mendengar adanya bantuan.

Tangki air ini sedikit membantu meringankan beban pembelian air, meski kemungkinan hanya menambah sehari atau dua hari penggunaan air bersih di rumah. 

Satu demi satu jeriken dan wadah air diisi, dan jika penuh warga membawa pulang jeriken berisi air bersih ada yang menggendong, ada juga yang memikul.

"Bersyukur ada bantuan," kata Jumiran.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki menyebut, dari 18 kapanewon yang ada, 15 kapanewon yang terdampak kekeringan, . Hingga kini pihaknya sudah mendistribusikan bantuan air bersih ke warga 692 tangki air. Diakuinya, untuk wilayah terdampak di sisi timur harus mencari sumber air bersih dari wilayah Jawa Tengah.

"Untuk wilayah timur, kadang kita harus mengambil dari Jawa Tengah, di Pracimantoro. Sebab, untuk sumber di sekitar Pantai Sadeng antrenya cukup banyak," ucap Edy. 

Mengambil air di wilayah Pracimantoro menempuh jarak 15 kilometer namun dibandingkan mengambil dari Sadeng lebih cepat karena jalurnya tergolong landai. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com