Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini, Pemuda di Gunungkidul Tak Lagi Malu Jadi Petani

Kompas.com - 09/09/2020, 11:20 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Jumlah petani muda di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus meningkat, seiring perkembangan pariwisata yang terus berkembang.

Para petani muda ini terus berinovasi di tengah tandusnya tanah Gunungkidul, untuk perekonomian keluarga. 

Seperti di Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, para petani milenial di sana mulai mengembangkan pertanian dengan sistem agrowisata.

Baca juga: Awalnya Mual, Pusing, dan Lemas, Petani Ini Ternyata Terpapar Corona

Hampir semua petani yang berjumlah puluhan yang terlibat pengembangan lahan kering untuk penanaman buah semangka adalah petani yang berusia 30 sampai 40 tahun.

"Para pemuda di kalurahan kami sudah mulai berani menjadikan petani menjadi salah satu profesi," kata salah satu petani muda, Rohmat Asnawi, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon Rabu (9/9/2020). 

Menurut dia, minat menjadi petani dari generasi muda cukup tinggi terbukti beberapa tetangganya yang awalnya merantau, memilih pulang untuk menjadi petani.

Mereka sekarang menjadikan petani sebagai profesi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Baca juga: Petani Urut Sewu Kebumen Minta Sertifikat Hak Pakai yang Diberikan ke TNI Dicabut

Petani muda ini setiap hari mengolah lahan kering menjadi lahan yang bisa ditanami.

Di Kalurahan Pampang, ada sekitar 3,2 hektar lahan yang ditanami semangka.

"Mereka pulang (perantau) bukan karena corona, memang sudah sejak lama sengaja pulang dan memilih menjadi petani," ucap Rohmat.

 

Dengan semangat mudanya, para petani ini mengembangkan agro wisata.

Selain untuk mengajak berwisata ke Pampang, juga memperpendek mata rantai penjualan hasil pertanian semangka yang dikembangkan tiga tahun terakhir.

Nantinya tidak hanya buah semangak, para petani muda ini sedang membuat konsep untuk mengembangkan tanaman lain seperti tomat, sayuran, hingga cabai.

"Konsep agro ini dikembangkan untuk mengurangi pembelian tengkulak yang biasanya membeli hasil panen dengan harga murah," kata dia.

"Dengan konsep agro ini petani bisa langsung menjual ke konsumen. Petani untung, konsumen juga mendapatkan hasil pertanian yang masih segar, dan lebih murah," ucap Rohmat.

Baca juga: Petani Karawang Terpaksa Beli Pupuk Non-subsidi, Biaya Produksi Naik 3 Kali Lipat

Rohmat yakin dengan konsep yang dibuat bersama para pemuda di Kalurahannya, akan mendorong petani muda untuk tampil, dan tidak malu lagi menjadi berprofesi sebagai petani.

Bulan ini ada ribuan semangka yang dijual langsung oleh para petani milenial. 

Pemasaran pun mengikuti konsep milenial dengan menggunakan media sosial yang sudah biasa dipegang oleh para milenial. 

Keberhasilan Kalurahan Pampang mengembangkan  agrowisata, memancing petani muda di di Padukuhan Klayar, Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar.

Puluhan petani milenial konsep pariwisata agrowisata. Hal ini dilakukan dengan menyulap lahan gersang di dekat aliran Kali Oya menjadi kebun buah.

Baca juga: Jadi Petani Sayur, Mantan Guru Honorer Ini Punya Omzet sampai Rp 10 Juta Sebulan

Pada tahap awal fokus pengembangan ke buah semangka, tapi di lahan seluas hampir empat hektar juga ditanami pohon buah keras seperti mangga, nangka dan lainnya.

"Konsep agrowisata di Klayar mirip pengembangan kebun buah di Pampang," ucap Pendamping Kelompok Petani Milenial Klayar, Budi Susilo.

 

Dijelaskan, para petani muda yang pokok bertani di Klayar berjumlah 16 orang, dan 30  pemuda ikut membantu. 14 petani senior pun ikut membantu.

Untuk pengembangan, mereka akan bekerja sama dengan UGM.

Adapun lokasi agrowisata akan ditanami berbagai tanaman buah, baik yang berjenis tanaman keras atau buah seperti semangka, anggur hingga stroberi.

"Tahap awal dikembangkan semangka terlebih dahulu," ucap Budi.

Baca juga: Atasi Keluhan Petani, ASN Jateng Borong Sayuran Petani dengan Harga Layak

Ada sekitar 9.000 benih semangka yang ditanam di lahan seluas 1,2 hektar.

Diharapkan dari penanaman ini bisa menghasilkan buah semangka seberat 30 ton.

Jika tidak meleset, estimasi penghasilan bisa mendapatkan pendapatan hingga Rp150 juta.

Nantinya, keuntungan yang diperoleh juga digunakan untuk pengembangan agrowisata Klayar. 

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, untuk luasan lahan pertanian lahan kering yang bisa ditanami selama musim kemarau ada 43.000 hektar, sebanyak 300 hektar di antaranya bisa ditanam hortikultura.

Baca juga: Pengakuan Petani Pembakar Lahan di Sumsel: Kami hanya Ingin Berkebun...

Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi menyambut baik pengembangan agrowisata di Klayar.

Dengan inovasi yang dilakukan para petani milenial ini harus didukung karena dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.

“Kuncinya guyub rukun antar warga harus dijaga karena sebagai modal pengembangan,” kata Immawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com