Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Semburan Lumpur di Blora, Ahli Sebut Fenomena Alam

Kompas.com - 31/08/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

"Intinya adalah lempung, air dan panas. Ditambah ada celah dan rekahan sehingga bisa muncul ke permukaan berupa semburan itu," jelasnya lebih lanjut.

Sementara, ahli geologi dari program studi teknik geologi Institut Teknologi Sumatera, Lampung, Angga Jati Widiatama, mengatakan, pembentukan mud diapir di Kesongo tidak berkaitan dengan eksplorasi tambang atau migas di sekitar kawasan Cepu.

"Peristiwa alami, itu siklus alami. Ada letupan kemudian tenang, lalu muncul lagi. Dalam siklus 1-2 tahun ada letupan besar, setelah itu kecil lagi. Yang kemarin itu ketinggian semburan sekitar empat meter dengan durasi sekirat 10 menit," papar Angga.

Dia mengakui, belum ada riset geologi yang intensif di Kesongo, meski disebutnya wilayah tersebut memiliki "keunikan geologi".

Baca juga: Semburan Lumpur Capai Belasan Meter, Ini Video Saat Letusan di Kesongo Blora

Apa perbedaan 'lumpur Sidoarjo' dengan gunung api lumpur di Kesongo?

Menurutnya, fenomena 'lumpur Sidoarjo' dan gunung api lumpur di Kesongo memiliki kesamaan, yaitu asal-usulnya.

"Hanya saja kalau di Sidoarjo itu pemicunya adalah pengeboran minyak. Pengeboran minyak itu membuat celah atau jalan atau rekahan, [sehingga] bisa menjadi jalan untuk lumpur itu keluar."

Banjir lumpur panas Sidoarjo alias lumpur Lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak 29 Mei 2006.

Baca juga: Fenomena Kawah Lumpur di Blora Meletus, Warga: Getaran hingga 1 Kilometer

Apakah terkait dengan keberadaan gunung berapi?

"Ini sama sekali tidak ada ada kaitan dengan gunung api," kata ahli geologi Angga Jati Widiatama.

Menurutnya, hal itu merupakan fenomena alami dan sudah ada sejak dahulu. "Hanya saja dalam beberapa waktu intensitas semburan meningkat,"tambahnya.

Adapun ahli geologi Tri Winarno mengatakan memang kawasan Kesongo jauh dari gunung berapi.

"Tapi perjalanan magma di bawah permukaan bumi tidak selalu harus berwujud atau membentuk gunung api," jelas Winarno.

Baca juga: Ramai soal Semburan Gas Campur Lumpur di Blora Disebut Mud Volcano, Apa Itu?

"Yang penting di dalam permukaan ada celah yang menghubungkan daerah tersebut dengan dapur magma atau sumber magmatismenya. Kalau di lihat di selatan Jawa itu zona subduksi," katanya lebih lanjut.

Di sepanjang selatan Jawa dan barat Sumatera merupakan jalur ring of fire.

"Karena zona tumpukan lempeng-lempeng itu terhubung dengan jalur rekahan bisa kemana-mana. Jadi kalau misal kemudian volume magma besar bisa membentuk jalur-jalur api."

"Kalau pasokan magma tidak besar, tidak selalu dalam bentuk gunung api. Tapi bisa bentuk mata air panas, sumber gas," jelasnya.

Baca juga: Penjelasan Ahli Geologi soal Semburan Gas Campur Lumpur di Blora

Mengapa volume semburan ada yang kuat dan lemah?

Suasana gunung lumpur (Mud Vulcano) Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (28/8/2020).DOKUMEN BPBD BLORA Suasana gunung lumpur (Mud Vulcano) Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (28/8/2020).
Menurut Tri Winanro, hal itu terkait besarnya "tekanan panas" dan "besarnya volume lumpur, ketebalan batu lempung".

"Kalau volume besar dipicu panas terus menerus akan menghasilkan tekanan yang besar dengan volume yang besar juga," jelasnya.

Dia mengatakan periode semburan sangat terkait dengan faktor lumpur dan sumber panas.

"[Semburannya] Bisa berhenti, [tapi] suatu saat nisa terbuka kembali, karena pergeseran lapisan bumi atau efek gempa."

Baca juga: Semburan Gas Campur Lumpur di Blora adalah Mud Volcano, Pernah Terjadi pada 2013

Apakah benar mud volcano mengandung gas beracun?

Ahli geologi dari Universitas Diponegoro, Semarang, Tri Winarno mengatakan, kandungan gas di dalam magma "akan ikut mengalir" bersama letusan lumpur. Dia menyebut mud volcano mengandung gas beracun.

"Jadi, mud volcano mengandung gas beracun, karena kandungan gas di dalam magma itu bermacam-macam," ujarnya.

"Ada gas karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), SO2 (sulfur dioksida), dan HCl (Asam hidroklorida), hidrogen fluorida (HF), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan metana (CH4).

Baca juga: Semburan Lumpur di Blora, 4 Orang Dilarikan ke Puskesmas karena Keracunan

"[Semuanya] sifatnya beracun. Itu semua ada di dalam magma. Kalau gas itu keluar di dalam magma bersamaan dengan ledakan itu akan mengandung racun dan berbahaya," jelasnya.

Namun demikian, menurutnya, volume gas beracun itu tergantung "besar atau kecilnya semburan".

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com