Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semburan Gas Campur Lumpur di Blora adalah Mud Volcano, Pernah Terjadi pada 2013

Kompas.com - 27/08/2020, 16:36 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Kepala cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah wilayah Kendeng Selatan, Teguh Yudi Pristiyanto, menyampaikan, fenomena di Kesongo, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (27/8/2020) pagi adalah semburan gas bercampur lumpur.

"Warga keracunan karena menghirup kandungan gas. Fenomena tersebut terjadi secara alami bukan akibat pengeboran sumur," kata Teguh saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel.

Menurut Teguh, di titik lokasi yang sama, fenomena semburan gas bercampur lumpur Kesongo pernah terjadi pada 2013.

Baca juga: Semburan Lumpur Kesongo, 4 Orang Dilarikan ke Puskesmas karena Keracunan

Hasil penelitian saat itu menyebutkan, peristiwa tersebut diakibatkan adanya gunung api lumpur atau  mud volcano, merupakan sebuah fenomena ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti methane. 

"Ini fenomena mud volcano. Hal serupa pernah terjadi di tahun 2013 dan di titik yang sama. Sore ini sudah berhenti dan kami meluncur ke sana," ungkap Teguh.

Untuk diketahui kawah lumpur panas Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menyembur dahsyat, Kamis (27/8/2020) pagi.

Ledakan lumpur di Petak 141 RPH Padas BKPH Trembes tersebut bahkan getarannya terasa hingga radius 1 kilometer.

Baca juga: Petani Ditemukan Tewas di Pematang Sawah, Badan Penuh Lumpur, Ada Luka di Wajah

Kawasan Kesongo sendiri adalah keunikan fenomena alam setempat berupa hamparan tanah luas yang terkadang muncul semburan lumpur menyerupai fenomena Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

Kepala Desa Gabusan, Parsidi, mengatakan, semburan lumpur kesongo kali pertama muncul pada pagi sekitar pukul 05.30 WIB dengan bunyi dentuman yang memekikkan telinga. Getarannya terasa hingga di permukiman di radius 1 kilometer.

"Ini yang paling tinggi semburannya dan keras suara dentumannya. Pertama semburan hingga belasan meter dan kemudian mereda," kata Parsidi.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com