Sunarmi sempat berpikir akan memondokkan anaknya ke pesantren agar bisa mendapatkan pendidikan yang baik.
Namun, pikirannya berubah karena terbebani biaya pendidikannya. Sunarmi mengurus anaknya sendirian setelah ditinggal suaminya.
Selama tiga bulan lebih, Sunarmi merasa kawatir dengan nasib pendidikan dan masa depan anaknya.
Ketika ada ibu-ibu yang mengajak untuk ujuk rasa ke sekolah menuntut agar sekolah dibuka kembali, dirinya langsung setuju.
"Saya takut anak saya bodoh, makanya saya ikut menuntut sekolah dibuka lagi," ungkap dia.
Baca juga: Polisi Kesulitan Lacak Pelaku yang Diduga Hina Agama Saat Bermain PUBG Mobile
Tugas sekolah yang diberikan oleh gurunya secara online, hanya diterima anaknya di awal-awal sekolah ditutup karena pandemi.
Namun, belakangan pembelajaran itu sudah tidak pernah dilakukan. Guru di sekolahnya sudah tidak pernah mengirimkan tugas.
Sunarmi juga sering tidak punya uang untuk membeli paket data internet. Kalaupun ada data internet, sering cepat habis dipakai bermain game oleh anaknya.
Junariyah, wali murid lainnya di SD Tebul Barat, juga merasakan kesulitan mengontrol anaknya yang sudah tidak masuk sekolah selama hampir 4 bulan.
Sehari-hari kegiatan anaknya lebih banyak dihabiskan dengan bermain.