Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manisnya Gula Aren, Warisan Turun-temurun Jadi Andalan Saat Pandemi

Kompas.com - 02/07/2020, 10:20 WIB
Irwan Nugraha,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kampung Pasirheulang, Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dikenal selama ini sebagai sentra pembuatan gula aren alami.

Bahan pembuatan gula aren asli diambil dari air nira pohon aren yang masih melimpah di wilayah tersebut.

Sebagian besar warga di kampung ini mengandalkan produksi gula aren untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai hidup.

Baca juga: 4 Fakta Polisi Gadungan Merampok Mobil, Bingung karena Fitur Canggih

Keahlian menyadap atau mengambil air nira bahan gula aren didapatkan secara turun-temurun dan menjadi andalan selama pandemi corona.

"Di sini terdapat hampir 3.000 pohon aren yang dimanfaatkan warga yang ahli mengambil air nira untuk membuat gula aren murni," kata Kepala Desa Sukapada Achmad Hidayat kepada wartawan, Rabu (1/7/2020).

Andalan penghasilan saat pandemi

Selama pandemi virus corona, banyak warga setempat yang diberhentikan dari pekerjaan di kota.

Saat pandemi ini, warga yang tidak bekerja mengandalkan keahliannya untuk menyadap air nira.

Baca juga: Belum Sebulan Dilantik, Kadis Kelautan dan Perikanan Jabar Tutup Usia

Setiap hari, warga mampu memproduksi 15 kilogram gula aren yang harganya Rp 15.000 sampai dengan Rp 20.000 per kilogram.

Proses pembuatan gula arena sebenarnya tidak mudah.

Air nira yang diambil dengan cara khusus dari pohon aren membutuhkan waktu sampai 9 jam untuk memasak.

"Kalau mulai pembuatan gula aren dengan cara dimasak, butuh waktu dari pagi sampai sore hari. Pengambilan air nira di pohon aren biasa diambil dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari," kata dia.

Baca juga: Hasil Tes Urine, Anak Pejabat di Karawang Negatif Narkoba

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com