Salin Artikel

Manisnya Gula Aren, Warisan Turun-temurun Jadi Andalan Saat Pandemi

Bahan pembuatan gula aren asli diambil dari air nira pohon aren yang masih melimpah di wilayah tersebut.

Sebagian besar warga di kampung ini mengandalkan produksi gula aren untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai hidup.

Keahlian menyadap atau mengambil air nira bahan gula aren didapatkan secara turun-temurun dan menjadi andalan selama pandemi corona.

"Di sini terdapat hampir 3.000 pohon aren yang dimanfaatkan warga yang ahli mengambil air nira untuk membuat gula aren murni," kata Kepala Desa Sukapada Achmad Hidayat kepada wartawan, Rabu (1/7/2020).

Andalan penghasilan saat pandemi

Selama pandemi virus corona, banyak warga setempat yang diberhentikan dari pekerjaan di kota.

Saat pandemi ini, warga yang tidak bekerja mengandalkan keahliannya untuk menyadap air nira.

Setiap hari, warga mampu memproduksi 15 kilogram gula aren yang harganya Rp 15.000 sampai dengan Rp 20.000 per kilogram.

Proses pembuatan gula arena sebenarnya tidak mudah.

Air nira yang diambil dengan cara khusus dari pohon aren membutuhkan waktu sampai 9 jam untuk memasak.

"Kalau mulai pembuatan gula aren dengan cara dimasak, butuh waktu dari pagi sampai sore hari. Pengambilan air nira di pohon aren biasa diambil dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari," kata dia.

Biasanya, pembeli ada yang langsung mendatangi rumah-rumah warga pembuat gula aren dan kemudian dipasarkan di pedagang langganan pasar-pasar terdekat.

"Kalau penjualan langsung bisa terjual tiap harinya. Kalau pedagang di pasar-pasar biasanya langganan. Mulai dari Pasar Ciawi, Rajapolah, sampai ke Pasar Malangbong, Lewo dan Limbangan, Garut. Mereka pedagang langganan yang biasanya untuk dijual kembali ke pembeli di pasar," tambah Achmad.

Perajin usia muda

Biasanya, perajin gula aren di wilayah itu didominasi oleh warga yang sudah berusia lanjut.

Namun, sekarang justru terbalik, di mana para perajin didominasi oleh warga berusia muda.

Mereka biasanya mendapatkan ilmu mulai dari pengambilan air nira sampai ke proses berbentuk gula aren dari para leluhurnya.

"Saya dan suami tiap hari mengandalkan hidup dari pembuatan gula aren. Ilmunya saya dapatkan dari kedua orangtua kami. Alhamdulillah, selama ini bisa menjadi penghasilan kami sehari-hari," ujar Ani (34), salah seorang warga yang sedang membuat gula aren asli dari air nira pohon aren di rumahnya.

Ani selama ini berbagi peran dengan suaminya Komar (35), dalam memproduksi pembuatan gula aren murni.

Setiap hari, suaminya mengambil air nira dengan cara menyadap atau menaiki puluhan pohon aren.

Suaminya memasang lodong atau semacam wadah dari bambu.

Air nira nantinya akan diambil setiap sore hari dan pagi hari, apabila diketahui lodong sudah dipenuhi air nira.

"Kalau saya bagian memasak air nira. Jadi gula aren dengan tungku tradisional yang berbahan bakar kayu. Soalnya, kalau pakai gas akan lama, karena membutuhkan panas tinggi dan waktu yang lama," kata Ani.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/02/10200811/manisnya-gula-aren-warisan-turun-temurun-jadi-andalan-saat-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke