Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Khusus: Buka-bukaan Ridwan Kamil Soal Penanganan Covid-19 di Jabar

Kompas.com - 02/05/2020, 13:38 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

- Pandemi ini hampir melumpuhkan seluruh sektor. Dilema apa yang dirasakan ketika program kerja tak bisa jalan? 

Batin mah sedih sekali tapi sekarang sudah lewat. Saya gak mikir proyek lagi, program lagi. Sekarang urusannya menyelamatkan warga. Jadi dipastikan program gubernur dihentikan saja. Kita harus siap sampai Desember.

Kami menganggarkan triliunan hanya sampai bulan Juli. Kalau Juli Covid-19 masih manteng nauzubillah ya, kerja belum bisa. Berarti saya harus nyari trliunan lagi. Darimana lagi kalau tidak memberhentikan semua urusan diganti untuk urusan perut. Jadi semua dihentikan saja. 

- Bagaimana sinergitas dengan daerah dalam penanganan Covid-19 ?

Kita sebagai koordinator di Jabar sudah melakukan protokol luar biasa contohnya PSBB provinsi kalau berhasil 27 kota kabupaten PSBB terbanyak se-Indonesia adalah Jabar. Justru ini contoh kita sepakat, kompak menyamakan irama maka kita berhasil membuat kebijakan yang sinkron.

Saya lihat relatif tak ada konflik kepentingan statment dari kota kabupaten dengan provinsi. Karena kita setiap hari nelepon, komunikasi.

Baca juga: Data Tumpang Tindih, Kades se-Sukabumi Minta Penyaluran Bansos Pemprov Jabar Ditunda

 

- Hasil survei dari Lembaga Riset Repro Indonesia menyebut Jabar paling baik dalam merespons isu Covid-19. Bagaimana tanggapannya? 

Pertama kita bekerja bukan untuk mendapat pujian niatnya, kita bekerja untuk menolong rakyat, menyelamatkan nyawa warga dengan keputusan terbaik dri keterbatasan. Teknologi dimaksimalkan, kerelawanan, kecepatan mengambil keputusan seperti tes duluan.

Maka kan kita prinsipnya lima. Pertama responsif kalau bisa cepet gak usah nunggu. Kedua, transparan (website) Pikobar adalah bagian dari transparansi. Ketiga ilmiah, tiap hari ada expert panel, orang statistik, dokter ngasih masukan ke telinga saya, PSBB provinsi itu masukan para ahli.

Keempat kolaboratif, ngajak karang taruna, PKK, membuat dapur umum dan lainnya. Kelima inovatif, industri dimanfaatkan, Biofarma bikin PCR sendiri, buat ventilator.  Lima ini yang kami pegang setiap hari sehingga kalau diapresiasi alhamdulillah kalau kurang baik kita perbaiki.

Baca juga: Polemik Bansos Pemprov Jabar, Ini Penjelasan Ridwan Kamil

- Di media sosial banyak yang membandingkan kinerja kepala daerah. Bagaimana tanggapan Kang Emil?  

Jadi poinnya ujian kepemimpinan ini bukan untuk diranking menurut saya. Tiap konteks berbeda-beda kebutuhannya. Untuk Jabar ini sudah paling pol. Tapi kan ukurannya tadi covidnya turun tidak ada gejolak, ini yang menjadi tatangan karena ketidakpastian ini ada.

Kami tak mau dari darurat kesehatan, sekarang darurat kedua darurat ekonomi, jangan sampai darurat ketiga darurat sosial politik, penjarahan, kerusuhan.

Dibandingkan itu sunatullah. Kami para pemimpin Pak Ganjar, Pak Anies, kalau ngobrol gak pernah baper. Pak Ganjar Pak Anies punya haters, punya suporter. Saya juga ada, ada yang muji, ada yang mengkritisi.

Nabi Muhammad saja manusia mulia haters-nya banyak karena gak mungkin menyenangkan semua manusia. Di Jawa Barat prinsipnya kita kerja maksimal, yang kurang kita perbaiki, yang positif pertahankan. 

Baca juga: Tenaga Medis Jadi Korban Pasien Tak Jujur, Pemprov Jabar: Kami Hanya Bisa Mengimbau Warga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com