Semuanya dilakukan dalam keadaan terpaksa karena korban sebenarnya tidak menyukai hubungan seks tersebut.
"Dari pengakuan korban ada empat kali tindakan pencabulan dilakukan. Itu semua dalam keadaan terpaksa," katanya yang dihubungi Kompas.com, Rabu (4/3/2020).
Baca juga: Pengakuan Anak Pemerkosaan Sejenis di Rumah Ibadah, 4 Kali Dicabuli dalam Keadaan Terpaksa
Besri mengatakan, ROP mengenal tersangka dari media sosial setahun yang lalu.
Perkenalan ROP dan tersangka ini, berawal dari korban sering curhat di media sosial dan akhirnya berteman dengan tersangka.
"Korban mengenal EPS dari medsos dan kemudian bertemu. Kejadiannya sekitar satu tahun lalu," kata Besri.
Baca juga: Bocah 13 Tahun Korban Pemerkosaan Sejenis di Rumah Ibadah Kenal Tersangka di Medsos
Akibat kejadian itu, kata Besri, korban mengalami trauma sehingga dilakukan trauma healing oleh tim psikolog yang dibawa Dinas PPPA.
Besri menyebut korban bukanlah memiliki kelainan seks menyimpang karena dalam keadaan terpaksa melakukan hubungan seks tersebut.
"Namun untuk tersangka hampir dipastikan memiliki perilaku seks menyimpang karena menyukai seks dengan sesama jenis," tegasnya.
Besri mengatakan, ROP korban pemerkosaan di rumah ibadah di Solok, berasal dari keluarga bermasalah.
Ibunya berada di luar negeri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan, dan ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain.
"ROP ini berasal dari keluarga "broken". Ayah dan ibunya pisah. Dia tinggal bersama kakak tirinya," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/3/2020).
Akibat kondisi itu, kata Bersi, ROP menjadi kurang terperhatikan dan putus sekolah.
Baca juga: Empat Tersangka Pemerkosaan Siswi SMA di Maluku Diserahkan ke Jaksa
Sumber: KOMPAS.com: Kontributor Padang, Perdana Putra | Editor: Abba Gabrillin, Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.