Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Milenial Pengusaha Sedotan Bambu, Ekspor ke Eropa, Asia dan Australia

Kompas.com - 27/01/2020, 12:10 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Ia bersama timnya bekerja keras untuk membuat sedotan bambu yang sesuai dengan spesifikasi ekspor. 

Bahkan, pengusaha asal Surabaya itu memintanya membuat contoh 1.000 batang sedotan bambu dalam waktu dua minggu.

Tak sampai dua minggu, seribu batang sedotan bambu yang diminta sebagai contoh produk ekspor diselesaikan timnya dalam waktu dua hari. 

Andalkan santri

Untuk membuat produk sedotan bambu kualitas eskpor, Fahmi tak hanya mengandalkan warga sekitar saja.

Ia mengajak puluhan santri senior Pondok Pesantren Al Huda Kebonsari milik keluarga besarnya.

"Setiap harinya ada sekitar 15 hingga 20 santri yang membantu kami membuat sedotan bambu," kata Fahmi. 

Setelah sampel 1.000 sedotan bambu itu dikirim ke Korea tak satupun dikembalikan ke Indonesia.

Dengan demikian, seribu batang sedotan bambu besutan santri Madiun diterima di pasar Korea Selatan mulai awal November 2019. 

Di Korea, satu batang sedotan bambu buatannya dijual Rp 13.000. Sementara bila membeli di Madiun, satu paket berisi tiga sedotan bambu dijual Rp 10.000. 

Namun, bila sedotan bambunya digrafir tulisan maka satu paket berisi tiga buah sedotan bambu harganya menjadi Rp 20.000.

Sementara, bila membeli grosir, per batang sedotan bambu dijual Rp 1.500. Hanya saja minimal pembeliannya di atas 2.000 batang.

"Tetapi kalau belinya hanya 100 batang maka harganya agak mahal menjadi Rp 2.000 perbatang. Sedangkan bila hanya ingin membeli satu atau dua batang kami jual Rp 5.000 per batangnya" ungkap Fahmi.

Berhasil dipasarkan di daratan Korea, Fahmi tak berpuas diri. Pria yang masih bujang ini mencoba memasarkan produknya di Australia.

"Mulai ekspor ke Australia akhir Desember 2019 lalu. Kami juga mengekspor ke Jepang dan Prancis," kata Fahmi.

Ekspor belasan ribu

Dalam satu bulan, Fahmi bisa mengekspor dua kali ke luar negeri. Jumlah yang diekspor 10.000 hingga 15.000 sekali kirim. 

Untuk pasar nasional, sedotan bambunya banyak diminati pembeli dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah hingga Bali. 

Fahmi optimistis produk sedotan bambunya akan makin berkembang kendati banyak persaingan pembuatan sedotan bambu di luar Madiun.

Agar bisnis sedotan bambunya terus berkembang, timnya selalu menjaga kualitas produk mulai tidak ada cacat mesin dan alam. 

Baca juga: Petani Rejosari Madiun Antusias Ikut Pelatihan dari Dompet Dhuafa dan LKP

Pemuda kelahiran Madiun, 28 Desember 1995 juga tak sembarang memilih nama brand pada sedotan bambunya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com