Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minuman Sophia, dari Cerita Gubernur NTT hingga Dikritik Anggota Dewan

Kompas.com - 13/01/2020, 12:13 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


Melihat keberadaan sake yang mulai terkenal dan mahal, membuat Viktor sempat merasa malu karena sikap pesimisnya terhadap sake.

Menurut Viktor, perusahaan asal Jepang itu terus melakukan penelitian, sehingga mereka menemukan cita rasa sake yang tidak dimiliki negara lain.

Viktor pun membandingkan harga wine asal Prancis dan sake dari Jepang.

Untuk sake, meski keluaran tahun berapa pun, harganya tetap Rp 150 juta per botol. Meski harganya mahal, sake tetap dibeli dan ludes terjual.

Setelah itu, Viktor kemudian berinisiatif mengembangkan minuman keras lokal asli NTT yang diberi nama Sophia.

Viktor menginginkan ada tata niaga dan tata kelola Sophia. Dia tidak ingin Sophia dijual di warung-warung.

Warga yang boleh mengonsumsi Sophia juga harus berusia di atas 21 tahun.

"Bukan berarti kita legalkan semua warga bisa minum, mabuk. Kita ingin memproteksi produk lokal dengan tingkatkan kualitas dan menjaga sumber daya manusia kita agar tidak rusak," kata Viktor.

Dikritik anggota dewan

Ide Viktor itu pun menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.

Satu di antaranya dari anggota DPRD NTT Anwar Hajral.

Anwar menyebut, rencana produksi minuman keras Sophia yang dukung oleh Pemerintah Provinsi NTT telah mengabaikan dampak negatif yang bisa muncul nantinya.

"Mungkin pemerintah hanya melihat dari sisi peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya penghasil miras lokal. Tapi yang harus dipikirkan juga soal kelangsungan generasi kita ke depannya," ujar Anwar kepada Kompas.com di Kupang, beberapa waktu lalu.

Anwar mengatakan, berdasarkan catatan kepolisian, angka kecelakaan lalu lintas di NTT yang tertinggi disebabkan pengemudi yang terpengaruh alkohol.

Baca juga: Harapan Petani dan Pengusaha Moke di NTT agar Tuak Dilegalkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com