Emi bercerita dirinya bersama keluarga awalnya mengkonsumsi air galon biasa yang diproduksi warga setempat.
Namun ketika itu, penjual air galon tutup sehingga terpaksa bolak-balik beli air ke swalayan.
"Tapi ternyata ada AHS dan sekarang beli lewat AHS," kata Emi.
Emi mengaku sangat terbantu dengan adanya AHS, karena tinggal kirim pesan WhatsApp, lalu air diantar ke rumah.
"Sekarang tidak lagi perlu beli air ke swalayan. Tinggal pesan WA saja, air diantar. Kualitas airnya terjamin dan enak kata suami," kata Emi sambil tersenyum.
Regional Sales Manager AHS Sumatra, Handro Marpaung mengatakan, saat ini di Sumbar ada 156 AHS yang tersebar di kabupaten dan kota.
"Tersebar di Padang, Sijunjung, Solok, Bukittinggi, dan Pariaman. Paling banyak ada di Padang yaitu 142 AHS," kata Hendro.
Pihaknya menargetkan, 2024 nanti akan ada 320 AHS di Sumbar.
Hendro menyebut, AHS merupakan bisnis menguntungkan tanpa mengeluarkan banyak modal.
Bermodal hanya Rp 5 juta, calon pengusaha mendapatkan 100 galon air, Aqua kemasan botol 600 mililiter, spanduk promosi usaha, ambalan untuk susun galon, rompi, dan topi.
"Pemilik AHS nantinya juga bisa mendapatkan insentif dan bonus jika mampu memenuhi targetnya," kata Hendro.
Menurut Hendro, pihaknya membuka bisnis AHS karena ingin lebih mendekatkan diri kepada pelanggan. Cukup pesan dari rumah nanti diantar.
Menurut Hendro, target itu optimis tercapai karena bisnis AHS tidak mematikan usaha air galon masyarakat.
"Kita memiliki segmen berbeda AHS menyasar kalangan menengah ke atas. Sedangkan usaha galon masyarakat untuk menengah ke bawah. Kita optimis AHS akan semakin maju," kata Hendro.
AHS sendiri kata Hendro, bisa menjadi bisnis alternatif bagi warga yang ingin memulai usaha. Selain modal tidak banyak, juga anti rugi. Sebab, produk yang tidak terjual bisa dikembalikan ke distributor.
Hendro mengakui pemilik AHS yang bergabung dengan pihaknya mayoritas adalah pengusaha pemula. Bisa dibilang usaha kecil menengah yang menopang ekonomi keluarga.
"AHS juga bisa menghilangkan pengangguran. Mereka yang awalnya tak berkerja, bisa bekerja menghasilkan uang. Kalau sudah besar tentu ada karyawannya. Dikalikan 3 saja, ada sekitar 500 orang yang terselamatkan dari pengangguran dan tentu mereka bisa menafkahi keluarga," kata Hendro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.