PADANG, KOMPAS.com - Seorang lelaki tua terlihat asyik memindahkan air mineral dalam galon dari gudang ke becak motornya, Senin (27/11/2023) pagi itu.
Dengan hati-hati, lelaki yang mengenakan topi dan rompi biru bertuliskan Aqua itu menyusun satu persatu galon air mineral ke atas becak motor. Totalnya, 15 buah.
Setelah air galon disusun, pria bernama Junaidi ini menutup pintu gudang dan rumahnya, sebelum kemudian melajukan becak motornya.
Baca juga: Masih Beperkara di PTUN Padang, Efa Yonnedi Tetap Dilantik sebagai Rektor Unand
Hari itu, lelaki bernama Junaidi akan mendatangi 2 pelanggan di daerahnya. Lokasi pertama warung kecil di Kompleks Mega Permai Koto Tangah, Padang.
Untuk menuju ke sana ia harus memacu kendaraannya dengan hati-hati karena sebagian jalan berlubang.
Sesampainya di lokasi pertama, lelaki yang rambutnya mulai beruban itu memindahkan 5 galon dari becak motornya ke depan pintu warung.
Baca juga: Cerita Warga Boyolali Temukan Benda Diduga Jaladwara, Pancuran Air Kuno
Lokasi kedua berada di Duku, tempat proyek Jalan Tol Sicincin yang berjarak sekitar satu kilometer. Kali ini ia harus menyusuri jalan raya.
Tiba di lokasi proyek, Junaidi berhenti di depan sebuah rumah yang menjadi pelanggan terakhirnya pagi itu. Ada 10 galon yang diturunkan.
Setelah selesai, dia kembali ke tempat semula. Rumah sekaligus gudang usahanya yang berada di Kayu Kalek No 57, Padang Serai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.
"Alhamdulillah. Pagi ini selesai pekerjaan saya. Nanti, siang dan sore lagi," ungkap Junaidi.
Kepada Kompas.com, pria berusia 61 tahun itu memulai ceritanya sambil beristirahat di kursi rumahnya.
"Saya tidak pernah lupa awal sejarah saya memulai usaha jualan air galon ini," ucap Junaidi sambil menghirup air kopi yang dihidangkan istrinya.
16 Juni 2019, rumah Junaidi habis terbakar. Betapa hancur perasaannya saat itu. Apalagi ia baru menikmati masa pensiunnya dua hari.
Beruntung ada tabungan dan uang bantuan dari kantor untuk membangun kembali rumahnya. Lambat laun, rumahnya berhasil terbangun dan jumlah tabungannya berkurang banyak
Di sisa uang tabungannya, ia suntuk karena tak banyak kegiatan yang bisa dilakukannya. Ingin bekerja, namun tidak memungkinkan dirinya bekerja di kantor.
"Yang terpikir adalah usaha. Tapi usaha apa. Saya terus berpikir saat itu. Sampai terpikir usaha jualan buah ke sekolah-sekolah. Tapi saat itu Covid-19. Sekolah tutup," kata Junaidi.
Saat berkunjung ke kantornya lamanya untuk menghilangkan suntuk, ia melihat temannya mengambil air minum dari galon.
"Lalu saya tanya teman. Kalau saya yang ngisi air galon di kantor gimana? Disambut positif oleh kawan tadi," kata Junaidi.
Tiba di rumah, Junaidi memberitahu niatnya kepada sang istri, Wisma Siswati (59), namun ternyata dilarang.