"Mana mungkin Uda (abang) mampu angkat galon 19 liter itu," ujar Junaidi menirukan kata sang istri saat itu.
Tekad kuat dalam dirinya mengalahkan larangan istri. Junaidi nekad berjualan air galon.
"Tepat 16 Mei 2020 saya jualan air galon. Awalnya 30 galon yang saya pesan ke distributor," kata Junaidi.
Pelanggan pertama Junaidi adalah kantor lamanya di Jalan Khatib Sulaiman Padang. Ia lalu menjajaki pelanggan baru dengan mendatangi rumah ke rumah, warung-warung, hingga instansi.
Saat menawarkan air galon tersebut, tak sedikit orang yang meremehkannya.
"Mungkin karena penjual air galon. Ada yang mengatakan tidak sebelum kita menawarkan air galon. Tapi itu sudah biasa saya alami," ungkap Junaidi.
Namun pengalamannya sebagai marketing bank menolongnya. Ia memanfaatkan relasinya saat bekerja di bank.
Hari ke hari, pelanggannya bertambah. Menginjak bulan keempat, Junaidi mampu menjual 300 galon per bulan.
Junaidi pun bergabung dengan AQUA Home Service (AHS), mitra yang mengantarkan air galon ke rumah-rumah pelanggan.
"Saya beri nama AHS Buk Wis. Buk Wis nama istri saya. Diberi namanya agar tidak marah. Akhirnya beliau mendukung saya juga menjadi penjual air galon," kata Junaidi sambil tertawa.
Ada yang unik dari AHS Buk Wis yang dikelola Junaidi. Pelanggan bisa memanfaatkan berbagai metode pembayaran.
Mulai dari uang tunai, transfer, dompet digital, hingga barcode QRIS (Quick Respon Code Indonesia Standard).
"Bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk ikuti zaman," kata Junaidi.
Kemudahan pembayaran ini memudahkan pelayanan dan rupanya membuat calon pelanggan tertarik. Apalagi air diantar sampai ke rumah.
Saat ini, pelanggannya sudah hampir 150, terdiri dari instansi, warung, hingga masyarakat. Dalam sebulan ia menjual 1.400 galon dengan omzet Rp 35 juta per bulan.
Berbagai insentif dan bonus diterimanya 2 tahun terakhir. Seperti insentif Rp 800.000 sampai bonus Lebaran Rp 2 juta.
Ia menerima banyak berkah dari usahanya ini. Mulai dari menghasilkan uang, olahraga gratis, bertemu banyak pelanggan, bahkan bisa memotivasi orang lain untuk tidak putus asa.
"Saya tidak bisa membayangkan kalau tidak ada AHS. Mungkin saya sudah stres, pikun, karena rumah terbakar, tidak ada aktivitas, sendiri-sendiri di rumah," kata Junaidi.
Salah satu pelanggannya bernama Emi (44), warga perumahan Mega Permai, Padang Sarai, Padang.