Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal hingga Lucu, Cerita Nakes yang Bertugas di Perbatasan RI-Timor Leste

Kompas.com - 20/11/2023, 12:56 WIB
Baharudin Al Farisi,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

TENAGA kesehatan di Puskesmas Wini, Kelurahan Humusu C, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak hanya dihadapkan pada persoalan minimnya fasilitas. Rendahnya literasi masyarakat seputar dunia kesehatan juga menjadi tantangan tersendiri.

Regina Noni (40) membagikan pengalaman 16 tahun bertugas sebagai tenaga medis di daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste itu kepada Kompas.com. Rasa kesal hingga menggelitik karena lucu muncul lantaran mengingat-ingat kembali pengalamannya itu.

Cerita pertama yang terlontar, yakni soal masyarakat setempat yang datang ke puskesmas sudah dalam tahap penyakit kronis.

“Terkadang, masyarakat di sini dibawa ke puskesmas, kondisinya sudah parah. Tapi, mereka menuntut untuk sembuh segera,” cerita Regina saat dijumpai di tempat kerjanya, Jumat (17/11/2023). 

Baca juga: Berkat PLBN Wini, Muda-mudi Bisa Bekerja, Ekonomi Warga Meningkat

Ia sering kali mendapati keluarga pasien mengamuk. Mereka menganggap anggota keluarga yang sakit tidak mendapatkan penanganan maksimal dari tenaga kesehatan puskesmas.

Padahal, puskesmas memiliki keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan, apalagi untuk pasien penyakit kronis.

Ujung-ujungnya, anggota keluarga pasien menyalahkan puskesmas sebagai biang dari kefatalan kondisi pasien.

“Mereka menuntut kami profesional, tapi mereka sendiri datang dalam keadaan yang memang, kalau bahasa kasarnya, sudah sekarat, sudah mau mati, mereka datang. Yang tidak enak begitu,” ujar Regina yang kini menjabat sebagai Kepala Tata Usaha Puskesmas Wini.

Bila sudah dalam kondisi begini, Regina beserta rekan-rekannya hanya bisa menjelaskan berdasarkan kacamata medis kepada pihak keluarga duduk perkara mengapa kefatalan pasien bisa terjadi. Terserah, apakah pemberitahuan diterima atau tidak.

Berangkat dari peristiwa semacam itu, Regina beserta rekan-rekan tenaga medis di puskesmas menggencarkan sosialisasi seputar kesehatan kepada masyarakat. Sayangnya, upaya ini pun tidak bisa berjalan optimal. 

Baca juga: Malam Mencekam Tahun 1999, Warga Wini Sembunyi di Gunung dan Hanya Makan Ubi Bakar Selama Dua Bulan

Sering kali, masyarakat setempat menolak ikut sosialisasi. Bahkan, banyak di antara mereka bertanya terlebih dahulu, apakah acara sosialisasi itu menyertakan "uang duduk" bagi mereka atau tidak.

“Kalau kami suruh kumpul, mereka bilang, ‘Kami dapat uang duduk?’ Kami jawab, tidak ada, ini hanya penyuluhan. Wah, langsung alasan mereka banyak itu. Lagi bekerjalah, apalah. Padahal, ini penting sekali untuk mereka,” cerita Regina.

“Di era Jokowi ini kan banyak bantuan. Jadi, orientasi mereka ini seperti ke uang terus,” lanjut dia.

Alhasil, acara sosialisasi yang biasanya berlangsung satu hingga dua jam hanya dihadiri kurang dari 10 orang. Itu pun yang sudah lanjut usia (lansia).

Demi menyiasati persoalan ini, pihak puskesmas tidak hilang akal. Para tenaga medis memilih untuk sosialisasi dari rumah ke rumah. Meski memakan waktu dan tenaga, cara ini cukup ampuh untuk meningkatkan literasi masyarakat di bidang kesehatan. 

Baca juga: Sore di PLBN Wini dan Keseruan Voli Tanpa Jaring...

Para tenaga kesehatan berfoto bersama di depan Puskesmas Wini, Humusu C, Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/11/2023).Kompas.com/Baharudin Al Faris Para tenaga kesehatan berfoto bersama di depan Puskesmas Wini, Humusu C, Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/11/2023).

Cerita tenaga kesehatan di perbatasan Indonesia-Timor Leste tidak habis sampai di situ. Tenaga kesehatan Puskesmas Wini sering kali mendapati pasien sok tahu mengenai obat-obatan.

Saat tenaga kesehatan puskesmas menjalankan program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di mana hanya mengecek tekanan darah dan gejala yang dirasakan, banyak pasien yang ngotot meminta obat.

“Kalau tidak dikasih obat, mereka tidak mau datang lagi,” ujar Regina.

Ia kemudian tertawa sembari berkata, “kalau tensi normal, periksa darah normal, ya kami mau kasih obat apa? Kan gitu.”

Lagi-lagi, Regina dan tenaga kesehatan lainnya tidak kehabisan akal. Sering kali pasien yang bertingkah demikian dibekali dengan vitamin sepulangnya dari mengikuti Prolanis. Harapannya, pasien merasa tenang secara psikologis karena sudah diberi ‘obat.’

Baca juga: Sepenggal Cerita Perjalanan Menuju Wini, Pelosok yang Kini Jadi Beranda Nusantara

Ada pula tipe pasien yang sengaja membawa obat dari rumah dan menunjukkannya kepada tenaga kesehatan. Pasien ini sering kali meminta diberikan obat serupa karena dianggap ampuh.

Menghadapi berbagai macam jenis pasien itu sering kali membuat Regina sebal, tetapi tidak jarang pula mengundang tawa, saking beragamnya jenis pasien yang dihadapi.

Tetapi, bagi Regina dan rekan-rekannya, itu adalah suka duka bertugas sebagai tenaga medis di daerah perbatasan. Beranda negara, kata para pejabat. Tak ada cara lain selain menghadapi para pasien dengan hati yang tulus.

“Jadi, meski masyarakat di sini lucu-lucu, yang penting kami tetap sabar. Pelan-pelan kami masuk ke emosi mereka, baru mereka paham,” ujar Regina. 

 

Perjalanan reporter Kompas.com Baharudin Al Farisi ke PLBN Wini merupakan kolaborasi bersama BNPP. Selain PLBN Wini, ada pula perjalanan ke lima PLBN lain, yakni Hadi Maulana di PLBN Serasan, Xena Olivia di PLBN Jagoi Babang, Ahmad Dzulfikor di PLBN Sei Nyamuk, Sigiranus Maruto Bere di PLBN Napan, dan Achmad Nasrudin Yahya di PLBN Sota. Ikuti cerita perjalanan kami dalam lipsus Merah Putih di Perbatasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com