KOMPAS.com - Salah satu kuliner khas Gresik yang masih berkaitan dengan sejarah Wali Songo adalah kupat ketheg.
Kuliner ini hanya bisa didapat di sekitar lokasi Wisata Religi Sunan Giri yang berada di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Baca juga: Opor Sunggingan, Hidangan yang Konon Jadi Kegemaran Sunan Kudus
Kerap disebut sebagai kuliner peninggalan Sunan Giri, kupat ketheg juga menjadi sajian khas dalam tradisi malam selawe dan juga ketika lebaran.
Kupat ketheg adalah sajian kudapan berupa ketupat dari beras ketan yang dimasak dengan direndam dengan menggunakan air ketheg.
Baca juga: Makam Sunan Bonang dan Tradisi Bubur Suro
Air ketheg atau yang biasa disebut warga setempat dengan air lanthung adalah air endapan minyak mentah yang keluar dari sumur minyak tua yang didapat di bukit di Desa Giri.
Air yang berwarna kehijau-hijauan ini menjadi bahan utama karena mampu memberikan rasa gurih dan asin yang khas.
Selain itu, air ketheg membuat kupat ketheg memiliki warna kuning keemasan dan mengkilat.
Air ketheg juga membuat kudapan ini mampu bertahan hingga lebih dari 15 hari meski tanpa pengawet kimiawi.
Baca juga: Nasi Jangkrik, Kuliner Kegemaran Sunan Kudus
Adapun cara pembuatan kupat ketheg dimulai dengan menyediakan bahan yang dibutuhkan yaitu beras ketan, air ketheg, dan daun janur atau daun gebang.
Air ketheg yang digunakan sudah diendapkan terlebih dulu selama tujuh hari agar menjadi jernih dan bersih untuk memasak.
Sementara daun janur atau daun gebang dibersihkan dan dibentuk menjadi selongsong ketupat.
Setelah itu, beras ketan dicuci menggunakan air ketheg hingga beberapa kali dan dimasukkan ke dalam janur.
Kupat ketheg dimasak menggunakan air ketheg seperti memasak ketupat pada umumnya.
Setelah matang, kupat kemudian didinginkan dengan digantung dan diangin-anginkan agar lebih padat dan mudah ketika dipotong.
Cara menyajikan kupat ketheg juga tidak dilakukan dengan disiram kuah opor atau gulai.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.