Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kompas.com - 10/05/2024, 07:27 WIB
Acep Nazmudin,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, bekerja di tengah minimnya fasilitas. Markas menumpang, hingga tidak adanya alat transportasi yang memadai untuk terjun ke lapangan.

Tagana Kabupaten Lebak didirikan 2005 silam. Hingga saat ini ada sekitar 200 anggota aktif yang terdaftar.

Salah satu anggota terlama adalah Aan Wiguna. Dia juga turut menjadi pelopor Forum Koordinasi (FK) Tagana saat dibentuk 19 tahun lalu.

Baca juga: Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Aan mengaku menjadi relawan Tagana merupakan panggilan hati. Apalagi dia sebelumnya juga aktif di berbagai organisasi relawan seperti Palang Merah Indonesia (PMI) dan juga Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ) Rangkasbitung.

“Karena panggilan hati, kita seringnya kerja ikhlas, mangkanya lebih sering pakai uang pribadi ketika turun ke lapangan. Bukan karena kita kaya, tapi karena minimnya operasional dan fasilitas Tagana di Lebak ini,” kata Aan saat berbincang dengan Kompas.com di Markas Tagana Lebak, Kamis (9/5/2024).

Baca juga: Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Aan mengatakan, Lebak merupakan salah satu wilayah yang kerap dilanda bencana di Banten. Seperti banjir, longsor, kebakaran, banjir bandang, dan juga tanah bergerak di beberapa titik.

Saat bencana terjadi, relawan langsung turun ke lokasi ketika mendapat informasi. Mau tidak mau, fasilitas seperti transportasi dan uang pribadi harus dikeluarkan.

“Belum tentu diganti (operasionalnya), tapi kita ada kepuasan turun lebih dulu dan bantu korban secepat mungkin,” beber Aan.

Relawan Tagana mendapat honor dari Kementerian Sosial. Honor tersebut merupakan uang tali asih yang turun tiap semester atau enam bulan sekali. Jumlahnya Rp 250.000 perbulan.

“Uang tersebut juga biasanya dipakai untuk pertolongan pertama korban kalau kena bencana, kita sediakan logistik untuk korban karena bantuan biasanya akan datang pada hari kedua,” kata Aan.

Relawan Tagana Lebak saat bertugas di lokasi bencana di Kabupaten Lebak.KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Relawan Tagana Lebak saat bertugas di lokasi bencana di Kabupaten Lebak.

Di sela kegatannya sebagai relawan, Aan bekerja sebagai honorer di Dinas PUPR Provinsi Banten. Aktivitas sebagai relawan dia akan lakukan setelah pekerjaan utamanya selesai.

Sebagai relawan terlama di Tagana Lebak, Aan sudah ratusan kali terjun ke berbagai lokasi bencana. Tidak hanya di Lebak tapi juga di kota lain seperti Cianjur, Yogyakarta, Padang, bahkan pernah turun ke tsunami Aceh, satu tahun sebelum Tagana dibentuk.

Karena panggilan tugas tersebut, Aan kerap meninggalkan keluarga. Dia bisa berhari-hari di lokasi bencana untuk mengurus korban.

“Alhamdulillah keluarga sudah paham dengan kegiatan saya, sementara untuk kerjaan utama biasanya ada izin khusus dari Dinsos,” tutur dia.

Banyak suka dan duka yang pernah dirasakan selama menjadi relawan. Yang paling berkesan, ketika banjir Pluit 2015.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Regional
Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan 'Stunting'

Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan "Stunting"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com