Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 3 Kerajaan yang Terkubur Saat Tambora Meletus

Kompas.com - 08/04/2023, 20:59 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Tahun 1783-1790 tampuk kekuasaan berpindah lagi ke Raja Adam Safiullah. Tahun 1790-1805 Kerajaan Sanggar berada di bawah kekuasaan Raja Muhammad Sulaiman.

Baca juga: Pendakian Gunung Tambora di NTB Ditutup Sementara

Pada 1805 sampai peristiwa letusan dahsyat Tambora 1815 atau 208 tahun lalu, Kerajaan Sanggar dipimpin oleh Raja Ismail Halilud Dayan.

Setelah sempat terjadi kekosongan, tampuk kekuasaan baru tercatat lagi pada tahun 1827-1836 dengan Raja La Lira Daeng Jai. Tahun 1836-1845 dipimpin Daeng Malaba.

Tahun 1845-1869, raja yang memegang kuasa bernama Manga Daeng Manasse. Tahun 1869-1900 Raja Sanggar bernama La Kamea Daeng Nganjo Syamsuddin. Pada tahun 1900-1926 tampuk kekuasaan itu diambil alih oleh Raja Abdullah Daeng Manggalai.

Sementara Kerajaan Tambora, sebut Hagerdal, pada tahun 1675 pemerintahan dipimpin Raja Bagus Ima C. Kemudian sebelum dan sampai tahun 1687, Raja bernama Jamaluddin. Tahun 1687-1697 berpindah ke Raja Nizamuddin Abdul Basyir.

Dari 1697-1716 kerajaan tersebut dipimpin Raja Samalas Daeng Mamangon. Kemudian pada tahun 1716-1724 dipimpin oleh Raja Abdul Aziz, dan tahun 1726-1748 berpindah ke Raja Abdul Rahman.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, Jalur Pendakian Gunung Tambora Ditutup

Pada 1748 kekuasaan beralih ke Raja Jeneli Kadinding, dan di tahun yang sama yakni 1748 diambil alih Abdul Said Juhan Kamalasa. Dari 1748-1749 tampuk kekuasaan dipegang Tureli Tambora. Tahun 1749-1771 berpindah lagi ke Raja Abdul Said Juhan Kamalasa untuk kedua kalinya.

Setelah kekuasaannya berakhir, tahun 1771-1773 Kerajaan Tambora dipimpin Raja Tahmidullah Hidayatun Minalla. Tahun 1773-1800 diambil alih Abdul Rakhid Tajul Arifin, dan tahun 1800-1801 berpindah lagi ke Raja Muhammad Tajul Masahor. Tahun 1801-1815 raja yang memimpin saat itu adalah Abdul Jafar Mataram.

Kerajaan Pekat, dalam catatan Hagerdal, dipimpin Raja Ince C pada tahun 1675 yang tak lama kemudian berpindah ke Daeng Manessi.

Pada tahun 1701-1707 tampuk kekuasaan berada di tangan Abdul Cili Mandarsyah. Tahun 1707-1719 kerajaan dipimpin Raja Daeng Manggala Abdul Jalil.

Pada tahun 1719 raja yang memimpin yakni Si Tangoli, namun akhir kekuasaan tidak tercatat. Kemudian sebelum dan sampai tahun 1735 raja bernama Abdul Said. Dari 1735-1739 berpindah lagi ke Raja Abdul Brahim, dan tahun 1739 beralih ke Daeng Sado.

Sementara sebelum dan sampai 1775, Kerajaan Pekat dipimpin Raja Abdul Gafur. Kemudian tahun 1755-1768 berpindah ke Raja Si Impa Abdul Rahman. Tahun 1794 sampai letusan Tambora 1815 raja yang memimpin adalah Abdul Muhammad.

Dari catatan Hagerdal tersebut, raja dari dua kerajaan yakni Tambora dan Pekat terhenti atau lenyap setelah meletusnya Gunung Tambora, 1815.

Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Tambora NTB Ditutup Mulai 24 Januari

Penggiat Sejarah Dompu, Nurhaedah mengemukakan, letusan 1815 itu hanya mengubur dua kerajaan yang berdiri di lereng Gunung Tambora, yakni Kerajaan Pekat dan Tambora.

Sementara Kerajaan Sanggar, menurut dia, pemerintahannya masih bertahan sampai 1928 sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan Kerajaan Bima.

"Jadi hanya Kerajaan Pekat dan Tambora yang terkubur," ujarnya.

Menurutnya, hampir tidak ada catatan sejarah tentang dua kerajaan yang terkubur letusan Gunung Tambora ini.

Susunan para raja yang berkuasa sebagaimana diungkap Hagerdal, lanjut Nurhaedah, diketahui berdasarkan surat kontrak dengan Belanda.

"Kapan Kerjaan Tambora dan Pekat berdiri hampir tidak ada catatannya. Susunan rajanya ada, kemungkinan itu dirangkum dari surat-surat kontrak dengan Belanda," ujar Nurhaedah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com