Belum lagi, dia harus mengganti jika ada barang pelanggannya yang rusak atau pecah.
"Kalau barang yang diangkut ada yang rusak ya harus ganti. Waktu itu pernah angkut telur 10 kilogram di dalam peti kayu gitu pecah sampai 3-4 kilogram. Terus ganti rugi sekitar Rp 100.000. Pakai uang kas gitu ada sedikit-sedikit," ucap dia.
Kendati demikian, Wawan menikmati pekerjaannya sebagai kuli panggul karena memiliki banyak teman.
"Senangnya ya karena banyak teman jadi bisa guyon-guyon (bercanda), sudah seperti keluarga," kata dia.
Sejak setahun belakangan pekerjaannya juga cukup terbantu dengan adanya angkong untuk mengangkut barang.
"Sudah setahun ini pakai angkong seperti dorongan gitu sekali angkut bisa 5 karung beras. Biasanya kan manggul satu-satu harus bolak-balik. Tapi kan ada teman-teman lain. Engga sendirian. Jadi sekarang sehari paling banyak ya bisa 5-6 ton. Pernah sampai 10 ton," tutur dia.
Wawan bercerita, dirinya begitu terpukul pada saat tejadi pandemi.
Sebab, dia terpaksa menganggur dan harus pulang kampung lantaran pasar di lockdown.
"Waktu pandemi saya pulang ke rumah sekitar setengah tahunan. Mau ke Semarang juga enggak bisa. Pasar juga kan sepi di-lockdown. Jadi enggak bisa ke mana-mana," ungkap dia.
Karena harus menanggung beban hidup keluarga, dia pun memutar otak supaya tetap bisa menyambung hidup.
Alhasil, dia sempat bekerja sebagai kuli bangunan.
"Saya sempat kerja jadi kuli bangunan, waktu itu di rumah tetangga ada yang bangun rumah terus saya ikut bantu. Setelah itu baru saya ke Semarang lagi," jelas dia.
Baca juga: Kisah Wagiyem Jadi Kuli Panggul di Solo, Angkat Barang 80 Kg Dapat Upah 10.000
Wawan menyadari, bekerja sebagai kuli panggul juga memiliki risiko tinggi.
Terlebih jika kelompoknya yang terdiri dari 20 buruh panggul ini ada yang sakit atau mengalami kecelakaan kerja.
Sebagai tulang punggung keluarga, dia tentu tidak ingin menanggung risiko tersebut supaya bisa tetap menjemput rezeki.
Oleh sebab itu, dia pun segera mungkin pergi berobat jika terserang penyakit.
Dia mengaku, harus menanggung biaya pengobatan sendiri di pelayanan kesehatan.
Sebab, selama ini tidak ada perlindungan kesehatan bagi para kuli panggul.
"Enggak ada jaminan kesehatan sama sekali dari dulu sampai sekarang. Kalau sakit ya berobat sendiri. Biar cepat sembuh dan kerja cari duit lagi," ucap Wawan.