NUNUKAN, KOMPAS.com – Adanya penarikan sumbangan dalam kartu pembelian LPG subsidi 3 kilogram untuk Kelurahan Nunukan Utara menjadi desas-desus negatif yang berkembang menjadi opini liar di kalangan masyarakat Nunukan, Kalimantan Utara.
Sejumlah masyarakat bahkan mengadu ke LSM Panjiku (Pancasila Jiwaku), dan mempertanyakan kebijakan Lurah Nunukan Utara, yang menarik sumbangan MTQ melalui pengambilan kartu pembelian LPG melon 3 kilogram.
Lurah Nunukan Utara Anief Arifianto tidak membantah ada pemotongan Rp 2.000 untuk setiap keping kartu pembelian BBM yang dibanderol Rp 20.000 tersebut.
‘’Memang benar, harga kartunya di percetakan Rp 18.000, tapi kita banderol Rp 20.000. Kita alokasikan Rp 2.000 itu untuk sumbangan MTQ tingkat kecamatan yang bakal digelar Februari 2023 nanti,’’ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (26/12/2022).
Baca juga: Pernikahan Kaesang-Erina Tidak Menerima Sumbangan
Anief menuturkan, ada cerita di balik ide pembuatan keping kartu pembelian LPG yang menyerupai kartu ATM tersebut.
Sebelum ia menjabat lurah, masyarakat Kelurahan Nunukan Utara hanya berbekal selembar kertas yang di-print untuk membeli LPG di 11 pangkalan yang ada.
Lembaran kertas tersebut mudah hancur ketika warga antre sampai berkeringat dan basah saat kehujanan.
‘’Kalau kertasnya rusak, tulisannya tidak terbaca. Datanya juga ditakutkan tidak sesuai dengan Keluarga Penerima Manfaat (KPM), sehingga ditolak pemilik pangkalan,’’tuturnya.
Ada beberapa kejadian, saat LPG 3 kg datang malam hari, sejumlah warga yang berniat mengambil jatah LPG-nya tidak diperbolehkan karena kertasnya rusak.
‘’Mau minta print ulang di kelurahan tidak ada orang kalau malam. Nah kejadian inilah yang menginisiasi pembuatan kartu pembelian BBM dengan bentuk seperti kartu ATM,’’tambahnya.
Baca juga: Wali Murid Keberatan, Rencana Sumbangan Rp 1,5 Juta untuk Toilet dan Lapangan SMA di Gunungkidul Batal
Anief menegaskan, pembuatan keping kartu pembelian BBM juga telah melalui rapat dan disepakati oleh 12 RT di Kelurahan Nunukan Utara.
Notulen rapat itu menjadi acuan untuk mencetak kartu bagi 1.707 KPM dan dibanderol Rp 20.000 per kepingnya.
‘’Memang ini juga sempat menjadi pembahasan. Kenapa tidak sebar proposal saja ke warga untuk meminta sumbangan seperti lurah lain? Saya tegaskan, perayaan 17 Agustus kemarin saya sudah sebar proposal permintaan sumbangan ke warga kami. Kalau sekarang sebar proposal lagi, saya takut itu malah jadi beban masyarakat kami, apalagi kondisi ekonomi mereka belum terlalu baik pascapandemi Covid-19,’’jelasnya.
Anief juga mengaku kebijakan ini simalakama, karena Camat Nunukan juga menandatangani permintaan sumbangan ke warga.
Sehingga mau tidak mau, kelurahan harus menjalankan perintah untuk penarikan sumbangan bagi kegiatan MTQ yang membutuhkan biaya dengan total Rp 191 juta tersebut.
‘’Kalau saya hitung, sumbangan Kelurahan Nunukan Utara untuk MTQ yang diambil dari potongan kartu pembelian LPG hanya sekitar Rp 3,4 juta. Jadi ini lebih ke memanfaatkan celah saja, kalau tidak begini, harus jalan apa lagi. Karena kalau saya paksa jalankan proposal, masyarakat mulai antipati dan menutup pintu rumahnya,’’kata Anief.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.