Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Hidup Sopir Mobil Rental di Babel Ikut Tergantung dengan Tambang Timah

Kompas.com - 29/07/2022, 22:03 WIB
Heru Dahnur ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com-Denis Putra (22) menyeruput kopi hitamnya dengan nikmat.

Lajang yang bekerja sebagai sopir mobil rental di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, itu baru saja mengantarkan tamu ke luar daerah.

Hari itu adalah jadwal istirahatnya. Esok pagi, dia akan kembali berada di depan kemudi. Menyusuri jalan raya hingga jalanan bebatuan sesuai tujuan para tamu yang menyewa mobil.

"Timah kalau harganya naik, perekonomian jadi hidup. Otomatis banyak yang datang dan keperluan sewa mobil," ujar Denis kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).

Baca juga: Tambang Timah Ilegal di Pangkalpinang Digerebek, Oknum PNS dan Wartawan Ditangkap

Denis mengungkapkan, penyewa mobil memang tidak selalu dari kalangan penambang timah, tapi juga berasal dari sektor usaha lainnya.

Ini terjadi karena aktivitas pertambangan menjadi penggerak terbesar perekonomian Bangka Belitung.

"Waktu pembatasan pandemi, kami para driver merasakan sekali dampaknya. Masih untung timah masih jalan, jadi ada juga yang sewa," ujar Denis.

Tambang timah inkonvensional di kawasan Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, ditertibkan petugas gabungan.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Tambang timah inkonvensional di kawasan Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, ditertibkan petugas gabungan.

Denis merupakan potret pekerja lepas di sektor usaha jasa. Dia khusus bertugas sebagai driver saat ada orderan masuk.

Mobil biasanya berasal dari showroom rental atau diambilkan dari orang pribadi.

"Kalau ada yang sewa ke rental, biasanya mereka menghubungi saya sebagai driver," ujar Denis.

Baca juga: Rencana Larangan Ekspor Timah Dinilai Terkendala Alih Teknologi

Saat ini, kata Denis, permintaan mobil rental cukup tinggi. Bahkan banyak yang sudah menyewa mingguan hingga bulanan.

Agenda G20 yang bakal berlangsung di Belitung, kata Denis, juga akan membuat usaha rental kebanjiran orderan.

"Banyak Innova Reborn mau dikirim dari sini ke Belitung. Bukan tidak mungkin kami juga ikut ke sana," ujar dia.

Ilustrasi: Aktivitas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung.
KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA Ilustrasi: Aktivitas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung.
Denis berharap, sektor pertambangan terus berjalan dan usaha jasa lainnya juga dibuka.

Selain bertahan di tengah pandemi, tambang timah juga menyasar langsung kehidupan masyarakat bawah.

"Saat ini Rp 100.000 per kilogram untuk pasir timah. Sebelumnya bahkan sampai Rp 175.000 per kilogram. Akhirnya banyak yang menambang dan mereka punya uang," ucap Denis.

Dalam sebulan Denis bisa mendapatkan rata-rata 15 pesanan untuk menjadi driver. Jumlah itu sudah menyamai gaji minimum provinsi Rp 3.000.000.

Baca juga: Diduga Ilegal, 536 Balok Timah Seberat 8,8 Ton dari Rumah Warga di Bangka Tengah Disita

Sebagai driver, Denis juga harus mengatur waktu istirahat agar selalu bugar ketika mengemudi.

Pedagang pecel lele di daerah Koba, Bangka Tengah, Junaidi juga mengungkapkan bahwa penambangan timah sangat memengaruhi penghasilan mereka.

"Dulu saat timah masih jaya, di sini ada PT Kobatin. Kami bisa buka sampai pagi. Sekarang sudah sepi," ujar Junaidi.

Penurunan omset penjualan pun terjadi hingga 70 persen. PT Kobatin resmi ditutup dengan alasan merugi.

Pada awal 2010, produksi timah mengalami penurunan. Ini dikarenakan cadangan yang menipis dan kerusakan pada alat.

Pada 2009, PT Kobatin melaporkan produksi tidak mencapai target. Dari perencanaan 7.000 ton timah batangan, hanya terealisasi 6.000 ton.

Baca juga: Enggan Undang Investor, Warga Bangka Barat Buat Usaha Tambang Timah Sendiri

Dalam waktu bersamaan biaya produksi terus meningkat. Kemudian pada 2013 kontrak karya perusahaan habis.

Sebelumnya PT Kobatin sempat berganti investor dari Australia hingga Malaysia.

Menurut Junaidi, aktivitas warga di daerah Koba juga tidak seramai dulu lagi. Saat malam hari terasa sepi dan pada pukul 20.00 WIB sudah banyak yang tutup toko.

"Memang yang meramaikan dulu Kobatin. Sekarang tidak ada lagi," ujar Junaidi.

 

Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang (kiri) meninjau lokasi tambang timah PT Timah di Bangka, Sabtu (2/11/2019). Dok. BBJ-KBI Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang (kiri) meninjau lokasi tambang timah PT Timah di Bangka, Sabtu (2/11/2019).
Saat ini, kata Juanidi, aset PT Kobatin banyak yang terlantar. Aset tersebut terdiri dari lahan izin usaha pertambangan (IUP), smelter, perumahan, masjid hingga sekolah.

Mantan Wakil Bupati Bangka Tengah yang juga mantan Manajer PT Kobatin, Patrianusa Sjahrun membenarkan aktivitas perusahaan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.

Setelah PT Kobatin tutup, kehidupan ekonomi masyarakat seakan kurang gairah. PT Kobatin merupakan perusahaan timah swasta terbesar di Bangka Belitung.

Baca juga: Pj Gubernur Babel Bentuk Satgas Pemberantasan Timah Ilegal, Ketuanya Pengusaha

"Ini tantangan bagi kepala daerah untuk bersama pemerintah pusat agar lahan IUP bisa dikelola lagi," ujar Patrianusa.

"Dulu primadona perekonomian daerah, sekarang tidak jelas," ujar Patrianusa.

Dia berharap bekas kantor dan smelter Koba Tin segera dikosongkan dan digunakan lebih produktif.

"Jangan terikat kepentingan tertentu," harap Patrianusa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com