MAGELANG, KOMPAS.com - Herman Hadi Basuki (39) kini tidak asing lagi bagi sebagian besar warganet di Indonesia.
Namanya meroket setelah video humanis yang mengajak masyarakat agar tidak terprovokasi dengan aksi penolakan hasil Pemilu 2019.
Herman adalah anggota Kepolisian Resort Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang kini berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda).
Meski ditempatkan di Subbagian Humas di institusinya, ia dikenal dengan Pak Bhabinkamtibmas (Pak Bhabin) sebagai brand image konten-konten videonya.
Ya, meskipun masih aktif sebagai polisi Herman masih produktif menciptakan video-video menarik di akun YouTube-nya.
Bahkan, akun yang bernama Polisi Motret memiliki pengikut sekitar 975.000 dan sudah terverifikasi. Herman juga membuat akun kedua bernama Pak Bhabin Families yang telah memiliki 212.000 pengikut.
Video-video yang diciptakan sekarang tidak berbeda jauh dengan awal mula membuat konten YouTube, ia konsisten merekam video dengan genre situasi komedi, cerita ringan, menghibur, karakter pemain juga masih sama.
Baca juga: Cerita Bripka Herman, Sosok Polisi dalam Video Viral Pencegahan Aksi 22 Mei
"Masih sama genre-nya, karakter sama, sebetulnya mau nambah karakter tapi masih perlu menggali lagi," kata Herman saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/10/2021).
Tema cerita video masih mengangkat isu yang sedang berkembang di masyarakat, termasuk membantu sosialisasi program atau imbauan pemerintah seperti tentang protokol kesehatan (prokes) Covid-19, larangan mudik di tengah pandemi, sekolah online, bahaya narkoba hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Ide mayoritas dari saya. Temanya selalu sesuaikan dengan sasaran, misalnya kalau anak-anak, ya kita main sama anak-anak kecil. Itu penonton senang. Cerita yang mewakili hari penonton itu akan cepat (pesan tersampaikan)," imbuh Herman.
Herman tidak menampik banyak konten di media sosial yang cenderung negatif belakangan ini, seperti tren mengerjai orang lain (prank) dan sebagainya.
Herman berpendapat, konten dapat dilihat dari sudut padang sang kreator, apakah bertujuan bisnis, atau sekadar hobi.
"Ketika orang membuat sebuah konten, kalau tujuannya murni bisnis, mencari viewer sebanyak-banyaknya, cari uang, ya sah-sah saja. Dia kasih misalnya agak seronok tapi masih dalam batas koridor, ya enggak masalah karena cari uang," ungkap Herman.
Berbeda dengan dirinya, seluruh konten karyanya adalah edukasi. Terlebih ia juga ikut berperan dengan pakaian dan atribut resmi polisi, maka tujuannya bukan lagi materi.
"Yang penting edukasinya, kalau toh viewer-nya sedikit ya kembalikan ke masyarakat, niat kita berkarya," jelasnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.