SEMARANG, KOMPAS.com - Pergerakan buruh di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) pernah melumpuhkan tranportasi kereta dan pelabuhan dengan mogok kerja.
Pada Mei 1923, para buruh kereta api dan juga pelabuhan mengadakan demonstrasi besar-besaran karena kebijakan Pemerintah Hindia-Belanda yang tak proburuh.
Tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI), Semaoen juga turut andil dalam gerakan tersebut melalui organisasinya yang lain seperti VSTP atau Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel.
Baca juga: Karyawan Shell Medan Demo pada Hari Buruh, Tuntut Pesangon
Hal itu menyebabkan perputaran ekonomi di Kota Semarang saat ini benar-benar lumpuh. Gelombang demonstrasi semakin meluas setelah Semaoen ditangkap.
Pemerhati sejarah, Mozes Christian Budiono mengatakan, ada beberapa hal yang membuat gerakan buruh saat itu masih di sejumlah daerah.
"Gubernur Jendral Hindia-Belanda mengurangi tenaga kesehatan dan fasilitas umum, termasuk gaji buruh juga kurang layak," jelas Mozes kepada kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (1/4/2024).
Dia menjelaskan, saat itu organisasi VSTP yang di dalamnya ada Semaoen mengadakan pertemuan dengan anggota buruh lain.
Dalam pertemuan tersebut, terjadi kesepakatan jika buruh di Kota Semarang akan melakukan mogok kerja secara masal jika ada buruh yang ditangkap.
"Di Kota Semarang kan ada VSTP. Jadi mereka rapat kalau misal orang-orang ditangkap itu harus mogok. Ini karena banyak melihat kebijakan kolonial yang merugikan mereka," kata dia.
Baca juga: Buruh Semarang Mengeluh Terlindas Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak
Menurutnya, peran tokoh kiri seperti Semaoen pada waktu itu cukup penting karena menjadi pemimpin organisasi VSTP yang menaungi buruh kereta.
"VSTP ini salah satu organisasi buruh yang terbuka dengan warga pribumi. Malah lebih dominan pribumi anggotanya," imbuh Mozes.
Namun disayangkan, aksi buruh yang protes atas nasibnya itu malah mendapatkan perlawanan represif dari Pemerintah Hindia-Belanda.
"Kolonial kayak mengatasi gerakan ini secara represif dengan mengerahkan tentara," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.