Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Semarang Mengeluh "Terlindas" Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Kompas.com - 01/05/2024, 14:22 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Sejumlah buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia mengawali aksi Hari Buruh Internasional di depan kantor Gubernur Jawa Tengah Rabu (1/5/2024) pukul 10.00 WIB.

Sekitar pukul 13.00 WIB ratusan peserta unjuk rasa dari kalangan mahasiswa merapatkan barisan bersama para buruh di Jalan Pahlawan, Kota Semarang.

Baca juga: May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

Dalam orasinya, Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi KSPN, Muhadin mengeluhkan upah murah buruh Jateng. Upah tersebut tak sebanding dengan biaya kuliah atau Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan demi pendidikan anak-anaknya.

"Itu salah satunya, kenapa UKT sampai tinggi? Padahal buruh selama ini gajinya cuma segitu gitu aja, tapi kenapa untuk pendidikan tinggi pun harus dengan biaya yang tinggi?" teriak Muhaddin di hadapan peserta aksi, Rabu (1/5/2024).

Baca juga: Nestapa Buruh Angkut Garam di Madura, Bayaran Kecil dan Perlindungan Minim

Kenyataan itu jelas memberatkan bagi buruh untuk dapat memberikan hak pendidikan hingga bangku perkuliahan bagi anak-anak mereka

Menurutnya, pemerintah perlu mendengar dan mempertimbangkan permintaan buruh untuk menaikkan upah di Jateng. Apalagi biaya hidup kian tinggi.

"Apa bapak ibu setuju? Tidak kan? Karena itu memberatkan kita kaum buruh yang selama ini (kita) tertindas dengan gaji yang rendah. Sementara untuk menjalani atau mendidik anak-anak kita jadi mahasiswa berpendidikan tinggi harus keluarin biaya tinggi, itu memberatkan kita," tegasnya.

Baca juga: Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan


Senada, Saefudin yang juga Korlap aksi unjuk rasa itu mengeluhkan biaya hidup yang tak sebanding dengan penghasilan bulanan sebagai buruh dengan upah rendah.

"Kita harus pintar mengatur keuangan kita, selain untuk istri, juga untuk biaya pendidikaan anak, untuk biaya jajan per harinya, berapa uang yang harus kita keluarkan? Sedangkan kita tahu bahwa upah di Jateng ini sangat rendah kawan-kawan, betul? Jawa Tengah menjadi upah terendah dibandingkaan provinsi yang lain. Ini sangat ironis," kata Saefudin.

Dia juga mengecam disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan Omnibuslaw oleh DPR dinilai tak sesuai rencana awal untuk menarik investor untuk menanam modal di Indonesia.

Namun niat itu dinilai mengesampingkan kesejahteraan buruh yang jauh dari kata layak.

Baca juga: Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi May Day di Istana

 

Dia sangat berharap agar pemerintah menjadikan buruh sebagai pertimbangan dalam merangkai setiap kebijakan terkait ketenagakerjaan.

"Karena kita tahu dengan UU Omnibuslaw, UU Cipta Kerja yang telah disahkan oleh DPR, dan kemudian digugat, tapi kemudian tetap dipakai, jelas ini melanggar UU, yang nyatanya sampai saat ini kesejahteraan buruh masih sangat minim," paparnya dalam orasi.

Aksi May Day ini masih akan terus berlanjut hingga pukul 16.00 WIB. Kelompok buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan menyusul sore nanti.

KSPI Jateng melayangkan tiga tuntutan kepada pemerintah. Mulai dari pencabutan Omnibuslaw, pencabutan gugatan Asosiasi Pengusaha Indonesia) Apindo terhadap UMK Jateng 2024, penghapusan outsourcing, dan tolak upah murah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Saat Angka Kasus Stunting di Kendal Naik 4,9 Persen...

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com