“Gunung berbentuk kubah memiliki energi yang besar dibanding gunung berbentuk kerucut,” ungkap Gagarin.
Menurut Gagarin, setidaknya ada empat kali Gunung Toba meletus hingga akhirnya membentuk Danau Toba seperti sekarang.
Letusan pertama pada 1,2 juta tahun (Haranggaol Dacite Tuff/HDT) membentuk Kaldera Haranggaol.
Letusan kedua terjadi 840.000 tahun lalu, disebut Oldest Toba Tuff (OTT). Letusan ini menciptakan Kaldera Prapat dan Porsea.
Letusan pada 500.000 tahun lalu disebut Middle Toba Tuff (MTT), Gunung Toba menjelma menjadi Kaldera Silalahi. Terakhir, letusan pada 74.000-an tahun lalu atau Youngest Toba Tuff (YTT).
“Letusan terakhir membentuk dan menyatukan lanskap yang kita kenal dengan Danau Toba,” ujar dia.
Apakah bisa meletus lagi? Gagarin menjawab bisa saja selagi bumi masih berputar.
Namun, kilas balik dari letusan terakhir, terdapat selisih waktu 426 tahun dari letusan ketiga dan terakhir.
Sejauh ini, kata dia, dapur magma Gunung Toba yang terdeteksi berada di Pusuk Buhit masih aktif, tapi energinya sangat kecil.
Dewan eksekutif United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris di Sidang ke-209 pada 7 Juli 2020 akhirnya mengakui Kaldera Toba masuk UNESCO Global Geopark (UGG).
Pengakuan ini adalah perjuangan panjang selama sembilan tahun sejak diusulkan pada 2011.
Pemerintah Provinsi Sumut menyambut gembira pengakuan tersebut. Gubernur Edy Rahmayadi meminta fasilitas pariwisata semakin ditingkatkan untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan.
Kaldera Toba merupakan satu dari 16 UGG baru yang ditetapkan dewan eksekutif UNESCO di Paris.
Dengan ditambahkannya Kaldera Toba, total ada lima geopark Indonesia yang mendapat pengakuan dunia, yaitu Gunung Batur, Cileteuh, Gunung Sewu, dan Rinjani.
“Penetapan ini mengartikan Kaldera Toba bukan hanya milik kita, tetapi juga dunia sehingga kita perlu menjaganya bersama-sama," kata Edy.
Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) sewaktu direktur utamanya dijabat Arie Prasetyo menyebutkan, ada 16 geosite yang mereka usulkan.
Mereka sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumut untuk fokus dalam pengembangannya agar Danau Toba semakin tumbuh.
Ke-16 geosite tersebut adalah, Sipisopiso-Tongging di Kabupaten Karo, Silalahi-Sabungan di Kabupaten Dairi, serta an Haranggaol dan Sibaganding di Kabupaten Simalungun.
Di Kabupaten Toba dengan Taman Eden, Batu Basiha-TB Silalahi-Balige dan Situmurun. Kemudian Hutaginjang dan Muara Sibandang di Kabupaten Tapanuli Utara.
Lalu, Sipincur dan Bakara-Tipang di Kabupaten Humbanghasundutan, Tele, Pusukbuhit, Hutatinggi Sodihoni, dan Ambarita-Tuktuk-Tomok di Kabupaten Samosir.
Terakhir, geosite danau sebagai pemersatu semua kabupaten di kawasan Danau Toba.
Salah satu geosite yang paling unik adalah Geosite Sipinsur yang berada Desa Pearung, Kecamatan Paranginan.
Endapan debu vulkanik membentuk gugusan daratan berbukit, sampai ada yang meyerupai ekor ikan.
Dari berbagai literatur cerita rakyat, konon katanya, inilah asal Danau Toba.
Legendanya, dulu ada seorang pemuda bernama Toba. Dia mendapat ikan emas besar dan dapat berbicara saat memancing.
Ketika dibawa ke rumah, ikan berubah menjadi perempuan cantik.