Toba lalu menikahinya dengan syarat, jika kelak memiliki anak, jangan pernah menceritakan siapa ibunya.
Mereka dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir.
Suatu hari, kenakalan Samosir membuat Toba tak bisa menahan marahnya.
Dia menghardik anaknya dan menyebutnya sebagai anak ikan. Samosir langsung mengadu kepada ibunya.
Seketika sang ibu murka dan menyuruh anaknya mencari tempat paling tinggi karena hujan badai akan terjadi.
Benar saja, air menenggelamkan Toba beserta daratan di sekelilingnya. Istrinya kembali jadi ikan dan dataran tinggi yang diinjak anak mereka menjadi Pulau Samosir.
Dari sudut pandang geologi, menurut Gagarin, Pulau Samosir berasal dari endapan Danau Toba pasca-letusan 74.000-an tahun lalu yang membentuk kaldera, kemudian terisi air.
Setelah 35.000 tahun, endapan danau terangkat ke permukaan karena tekanan dapur magma. Banyak misteri yang belum terkuak dan harus diteliti.
Kata Gagarin, hal ini wajar karena pasca-erupsi terakhir Gunung Toba, Sumatera Utara menjadi daerah paling parah tertutup debu dibanding Samudra Hindia atau kutub utara.
Menurutnya, letusan membuat tanah di Sumut subur. Perkebunan karet, sawit, dan kopi terhampar luas. Dia mengajak mensyukuri Youngest Toba Tuff.
“Dari sisi tambang, debu vulkanik yang menyelimuti Sumut sangat tebal. Kita prediksi ketebalannya sampi 500 meter. Kemampuan penelitian belum maksimal, masih banyak potensi dari letusan Toba yang terabaikan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.