Salin Artikel

Danau Toba: Asal-usul, Legenda, dan Foto-foto Keindahan yang Tak Terbantahkan

Keterkenalannya sudah dimulai dari sekolah dasar. Buku geografi para siswa pasti mengulas danau yang terbentuk akibat letusan Gunung Toba ini.

Danau yang di tengah-tengahnya terdapat Pulau Samosir ini menjadi hamparan air terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Luasnya sampai mengitari tujuh kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Karo, Simalungun, Samosir, Dairi, Toba, Humbanghasundutan, dan Tapanuli Utara. 

Sangat disayangkan jika Anda sedang berada di Kota Medan atau di tujuh kabupaten lingkar danau, atau di wilayah lain yang masih berada di Sumut, tak mampir ke danau cantik ini.

Dari Kota Medan, perjalanan jalur darat bisa ditempuh dengan bus, taksi travel, dan kendaraan pribadi, dengan waktu tempuh tiga hingga empat jam.

Terserah mau datang lewat mana, langsung rute Parapat atau memutar lewat Dairi.

Sekarang, jalur Parapat semakin cepat sejak ada Tol Tebingtinggi.

Jika lewat Dairi, sedikit lebih lama, tetapi pemandangan alam dan perkampungan yang disuguhkan sepanjang perjalanan akan membuat kita lupa waktu.

Jika mau lebih cepat dan nyaman, naik pesawat langsung ke Bandara Silangit di Kabupaten Toba.

Jika dari Bandara Internasional Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang, waktu tempuhnya sekitar 30 menit.

Berdoalah agar cuaca cerah, sebab begitu landing, dari sudut bandara sudah terlihat air danau yang dari kejauhan mengikuti warna langit, biru. 

"Danau yang keren, beken, dan paten. Punya alam yang indah, historis kaldera yang kuat, bekas ledakan dahsyat ribuan tahun silam. Budayanya sangat kaya dan berkarakter seperti Bali. Kami mendorong untuk semakin dilestarikan sehingga menjadi daya tarik wisatawan, akhirnya mendatangkan kesejahteraan," kata mantan Menteri Pariwisata Arief Yahya kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Danau vulkanik ini menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP), sejajar dengan Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.

DSP merupakan bagian dari program “10 Bali Baru” yang dicanangkan pemerintah.

Nantinya, destinasi-destinasi tersebut tak hanya menjadi daya tarik wisatawan, tetapi juga menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif yang melibatkan warga setempat. 

"Ini kedatangan kedua saya dalam dua bulan ini. Saya tadi mencoba kopi, pisang goreng, dan ombus-ombus, semuanya enak. Tempat ini adalah bentuk kerja sama pemerintah dengan masyarakat. Kita bangun fasilitas wisata instagramable," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno kepada wartawan di Adian Nalambok, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, pada pertengahan Februari 2021.


Asal mula Danau Toba 

Sekitar 74.000-an tahun lalu, Gunung Toba meletus. Catatan sejarah menyebutkan, erupsi besar memuntahkan magma sepanjang 2.800 kilometer kubik.

Geolog dari Eastern Illionis University Craig Chesner bilang, letusannya menimbun Samudra Hindia.

Muntahan material vulkanik saat itu diperkirakan ribuan kali lebih dahsyat dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 yang hanya 18 kilometer kubik.

Menurut catatan Departemen Ilmu Geologi San Diego State University America, letusan Krakatau menewaskan sekitar 36.417 orang.

“Kita beruntung, pada saat meletusnya Gunung Toba, manusia belum seperti sekarang. Ketebalan debu vulkanik sampai lapisan stratosfer sehingga matahari tidak dapat menembus bumi, dunia gelap gulita. Menurut literatur, ada sekitar enam tahun cahaya matahari tidak masuk ke bumi, ini memengaruhi kehidupan flora dan fauna, juga manusia,” kata Vice General Manager Toba Caldera Geopark Gagarin Sembiring kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Letusan Toba juga diperkirakan memicu badai debu selama 200 tahun di dunia.

Gregory A Zielinki, geolog dari University Massachusetts dan penemu asam belerang seberat 2 sampai 4 megaton di inti es Greenland di awal 1990, memprediksi terjadi ledakan hebat pada periode 71.000-75.000 lalu. Penemuan ini lalu dipublikasi dan memantik ahli geologi dunia mencari tahu muasal belerang.

“Penelitian itu akhirnya sampai ke Toba. Setelah dicek, ternyata material yang mereka kutip di kutub sama dengan yang ada di Toba. Inilah yang menyimpulkan letusan Toba sampai ke kutub,” ucap Gagarin.

Letusan Toba juga memutus mata rantai migrasi homo sapiens atau cikal bakal manusia modern.

Jumlah mereka yang awalnya puluhan ribu diprediksi tinggal 5.000-an.

Menurut Gagarin, Pulau Sumatera berada di ring of fire. Letusan Toba terjadi di tempat bertemunya lempeng bumi Eurasia dan Indo-Australia.

Pertemuan itu membentuk gesekan di kedalaman 150 kilometer di bawah bumi hingga akhirnya naik ke atas dan menciptakan dapur magma.

Lalu terjadi aktivitas tektovulkanik yang secara bersamaan menjadi letusan dahsyat. 

Geolog asal Belanda Van Bemmelen yang pertama menemukan teori Danau Toba merupakan kawah dari letusan gunung.

Teori itu ditemukannya saat menyusuri Danau Toba pada 1939.

Dia terkejut melihat di daratan banyak ditemukan endapan batu vulkanik atau ignimbrite rocks.

Bemmelen lalu menyimpulkan bahwa Danau Toba merupakan kawah gunung api raksasa.

Dirinya menamai Gunung Toba dengan Tumor Batak. Hasil penelitiannya, Gunung Toba tidak berbentuk kerucut seperti gunung pada umumnya.

Bentuk awalnya seperti kubah (dome), lalu meletus dan menyebabkan tubuh gunung amblas menciptakan kaldera.


“Gunung berbentuk kubah memiliki energi yang besar dibanding gunung berbentuk kerucut,” ungkap Gagarin.

Gunung Toba 4 kali meletus 

Menurut Gagarin, setidaknya ada empat kali Gunung Toba meletus hingga akhirnya membentuk Danau Toba seperti sekarang.

Letusan pertama pada 1,2 juta tahun (Haranggaol Dacite Tuff/HDT) membentuk Kaldera Haranggaol.

Letusan kedua terjadi 840.000 tahun lalu, disebut Oldest Toba Tuff (OTT). Letusan ini menciptakan Kaldera Prapat dan Porsea.

Letusan pada 500.000 tahun lalu disebut Middle Toba Tuff (MTT), Gunung Toba menjelma menjadi Kaldera Silalahi. Terakhir, letusan pada 74.000-an tahun lalu atau Youngest Toba Tuff (YTT).

“Letusan terakhir membentuk dan menyatukan lanskap yang kita kenal dengan Danau Toba,” ujar dia.

Apakah bisa meletus lagi? Gagarin menjawab bisa saja selagi bumi masih berputar.

Namun, kilas balik dari letusan terakhir, terdapat selisih waktu 426 tahun dari letusan ketiga dan terakhir.

Sejauh ini, kata dia, dapur magma Gunung Toba yang terdeteksi berada di Pusuk Buhit masih aktif, tapi energinya sangat kecil. 

Kaldera Toba

Dewan eksekutif United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris di Sidang ke-209 pada 7 Juli 2020 akhirnya mengakui Kaldera Toba masuk UNESCO Global Geopark (UGG).

Pengakuan ini adalah perjuangan panjang selama sembilan tahun sejak diusulkan pada 2011.

Pemerintah Provinsi Sumut menyambut gembira pengakuan tersebut. Gubernur Edy Rahmayadi meminta fasilitas pariwisata semakin ditingkatkan untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan.

Kaldera Toba merupakan satu dari 16 UGG baru yang ditetapkan dewan eksekutif UNESCO di Paris.

Dengan ditambahkannya Kaldera Toba, total ada lima geopark Indonesia yang mendapat pengakuan dunia, yaitu Gunung Batur, Cileteuh, Gunung Sewu, dan Rinjani.

“Penetapan ini mengartikan Kaldera Toba bukan hanya milik kita, tetapi juga dunia sehingga kita perlu menjaganya bersama-sama," kata Edy. 

Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) sewaktu direktur utamanya dijabat Arie Prasetyo menyebutkan, ada 16 geosite yang mereka usulkan.

Mereka sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumut untuk fokus dalam pengembangannya agar Danau Toba semakin tumbuh. 

Ke-16 geosite tersebut adalah, Sipisopiso-Tongging di Kabupaten Karo, Silalahi-Sabungan di Kabupaten Dairi, serta an Haranggaol dan Sibaganding di Kabupaten Simalungun.

Di Kabupaten Toba dengan Taman Eden, Batu Basiha-TB Silalahi-Balige dan Situmurun. Kemudian Hutaginjang dan Muara Sibandang di Kabupaten Tapanuli Utara. 

Lalu, Sipincur dan Bakara-Tipang di Kabupaten Humbanghasundutan, Tele, Pusukbuhit, Hutatinggi Sodihoni, dan Ambarita-Tuktuk-Tomok di Kabupaten Samosir.

Terakhir, geosite danau sebagai pemersatu semua kabupaten di kawasan Danau Toba. 

Salah satu geosite yang paling unik adalah Geosite Sipinsur yang berada Desa Pearung, Kecamatan Paranginan.

Endapan debu vulkanik membentuk gugusan daratan berbukit, sampai ada yang meyerupai ekor ikan.

Legenda Danau Toba

Dari berbagai literatur cerita rakyat, konon katanya, inilah asal Danau Toba. 

Legendanya, dulu ada seorang pemuda bernama Toba. Dia mendapat ikan emas besar dan dapat berbicara saat memancing.

Ketika dibawa ke rumah, ikan berubah menjadi perempuan cantik.


Toba lalu menikahinya dengan syarat, jika kelak memiliki anak, jangan pernah menceritakan siapa ibunya.

Mereka dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir.  

Suatu hari, kenakalan Samosir membuat Toba tak bisa menahan marahnya.

Dia menghardik anaknya dan menyebutnya sebagai anak ikan. Samosir langsung mengadu kepada ibunya.

Seketika sang ibu murka dan menyuruh anaknya mencari tempat paling tinggi karena hujan badai akan terjadi.

Benar saja, air menenggelamkan Toba beserta daratan di sekelilingnya. Istrinya kembali jadi ikan dan dataran tinggi yang diinjak anak mereka menjadi Pulau Samosir. 

Dari sudut pandang geologi, menurut Gagarin, Pulau Samosir berasal dari endapan Danau Toba pasca-letusan 74.000-an tahun lalu yang membentuk kaldera, kemudian terisi air.

Setelah 35.000 tahun, endapan danau terangkat ke permukaan karena tekanan dapur magma.  Banyak misteri yang belum terkuak dan harus diteliti.

Kata Gagarin, hal ini wajar karena pasca-erupsi terakhir Gunung Toba, Sumatera Utara menjadi daerah paling parah tertutup debu dibanding Samudra Hindia atau kutub utara.

Menurutnya, letusan membuat tanah di Sumut subur. Perkebunan karet, sawit, dan kopi terhampar luas. Dia mengajak mensyukuri Youngest Toba Tuff.

“Dari sisi tambang, debu vulkanik yang menyelimuti Sumut sangat tebal. Kita prediksi ketebalannya sampi 500 meter. Kemampuan penelitian belum maksimal, masih banyak potensi dari letusan Toba yang terabaikan," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/04/164321678/danau-toba-asal-usul-legenda-dan-foto-foto-keindahan-yang-tak-terbantahkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke