Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Gempa Lombok 2018, Ratusan Orang Meninggal dan Ribuan Bangunan Rusak Berat

Kompas.com - 06/08/2021, 08:38 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada 5 Agustus 2018, gempa bumi bermagnitude 7,0 mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saat itu tercatat ada 555 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak akibat guncangan gempa.

Diceritakan, gempa mengerikan tersebut mengguncang Kota Mataram. Warga panik dan lari berhamburan ke luar rumah. Dinding tembok dan kaca jendela serta beberapa bangunan roboh.

Baca juga: 3 Tahun Gempa Lombok, Zuliatin: Masih Trauma, kalau Mati Lampu Saya Langsung Lari...

”Saat berdiri, tiba-tiba terasa oleng. Baru kali ini saya merasakan goyangan gempa yang besar seperti ini,” kata Anastacia Nariswari, warga Kota Mataram.

Zualiatin Handarini (31), warga Desa Dopang mengaku masih mengalami trauma walau hanya merasakan getaran gempa berskala kecil.

Bahkan saat mati lampu, secara refleks Zuliatin langsung lari ke luar ruangan karena khawatir akan terjadi gempa.

Saat gempa terjadi, Zuliatin bekerja di sebagai security di lantai tiga salah satu pusat perbelanjaan di Kota Mataram.

Baca juga: Sejumlah Pendaki Asal Pelembang Terjebak Longsor di Gunung Rinjani Pasca-gempa Lombok

Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). Gempa bumi bermagnitudo 7 mengguncang Lombok, Minggu (5/8/2018) malam.ANTARA FOTO/ AHMAD SUBAIDI Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). Gempa bumi bermagnitudo 7 mengguncang Lombok, Minggu (5/8/2018) malam.
Lampu mati dan guncangan gempa membuat dia panik dan turun melalui tangga darurat.

"Sudah nggak tau sudah gimana, nggak ada kita lihat orang lagi pokoknya selamatkan diri dah masing-masing sangking lamanya (guncangan gempa), besar juga," kenang Zuliatin.

"Kalau untuk trauma masih, kalau mati lampu itu pasti lari saya. Apalagi kalau di kantor mati lampu, lari dah saya," Kata Zuliatin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/8/2021).

Beruntung suami dan kedua anaknya yang ada di rumah juga berhasil menyelamatkan diri dan tidak ada yang terluka.

Baca juga: Transisi Darurat Tinggal Sebulan, 19.000 Unit Rumah Penyintas Gempa Lombok Belum Dibangun

"Gunungan atap itu roboh, bata-bata di kamar jatuh, jebol itu plafonnya. Alhamdulillah nggak ada yang luka, karena (anak) yang kecil juga reflek langsung lari ke luar," Kata Zuliatin.

Zuliatin dan keluarganya sempat tinggal selama satu bulan di tenda darurat.

"Sebulan lebih itu di tenda. Nggak berani masuk rumah. Karena kan guncangan gempa (susulan) itu masih terasa," kata Zuliatin.

Ia mengatakan, kerusakan rumahnya masuk kategori sedang dan dana sebesar Rp 25 juta untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Baca juga: Aplikator Rumah Tahan Gempa Lombok Timur Diduga Bawa Kabur Uang Rp 1 Miliar

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com