Untuk menekan laju penyebaran Covid-19 di Jateng, Gubernur Ganjar Pranowo menginstruksikan me-lockdown 7.000 RT yang berstatus zona merah.
Hal tersebut mendapat kritikan dari Wakil Ketua Komisi C DPRD Jateng Sriyanto Saputro.
Menurutnya, kebijakan tersebut bias, sehingga menimbulkan kebingungan warga.
Pasalnya, jumlah RT di Jateng sangat banyak. Apalagi, instruksi tersebut belum ada panduan yang jelas.
"Istilah lockdown kan sudah begitu banyak dikenal masyarakat. Nah jika diterapkan, yang ada di benak masyarakat akan ada kompensasi dari pemerintah guna menanggung segala kebutuhan hidupnya. Padahal kebijakan ini belum jelas," paparnya, Rabu (30/6/2021).
Semestinya, kata Sriyanto, kebijakan ini harus diikuti dengan langkah konkret.
Baca selengkapnya: Instruksi Ganjar soal Lockdown 7.000 RT Berstatus Zona Merah di Jateng Tuai Kritik
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf menyampaikan, masyarakat perkampungan di Tasikmalaya awalnya tidak percaya Covid-19 itu ada.
Berdasar pengalaman Yusuf, ia beberapa kali menemui warga yang seharusnya isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19, malah keluyuran di lingkungannya.
Seorang warga, Zunarnya Kasmita (60), menuturkan, awalnya warga di kampungnya tidak percaya Covid-19.
Akhirnya mereka menjadi percaya gara-gara indera penciumannya tidak berfungsi. Banyak warga yang juga merasakannya.
"Mereka baru bilang, awalnya tak percaya Covid-19, enggak akan kena kita di kampung, bebas aja. Tapi setelah positif, bingung rumah sakit penuh. Katanya, kita mau dirawat dimana ini?" ungkap warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (1/7/2021).
Baca selengkapnya: Dulu Bilang, Enggak Akan Kena Covid Kita di Kampung, tapi Setelah Positif Bingung Rumah Sakit Penuh...