Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Zaroti Sang Seniman Dambus, demi Bertahan di Tengah Pandemi, Terpaksa Banting Setir Jadi Nelayan

Kompas.com - 01/07/2021, 11:53 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Zaroti (65) menyandarkan tubuhnya di dipan kayu yang hampir lapuk di rumahnya di Kelurahan Air Itam, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (27/6/2021).

Perajin sekaligus seniman musik tradisional dambus itu baru saja pulang dari melaut.

Perahunya ditambatkan di Pantai Pasir Padi, sekitar 4 kilometer dari tempat tinggalnya.

Selama pandemi Covid-19, Zaroti terpaksa menghentikan sejenak kehidupan seninya.

Ia kini lebih banyak menggantungkan hidup dari penjualan ikan dan kepiting. Hasilnya lumayan.

Baca juga: Nasib Saung Angklung Udjo, Seniman Beralih Jadi Tukang Sayur, Kesulitan Cicil Utang Bank

Dalam sehari bapak enam anak dengan 13 cucu ini bisa mengumpulkan 2 - 3 kilogram kepiting dan ikan menggunakan pukat.

Kepiting biasanya dijual Rp 50.000 per kilogram.

Untuk itu, Zaroti tak perlu repot, karena ada perusahaan pengumpul yang langsung menyambut nelayan di tepi pantai.

Namun usaha melaut juga tak bisa dilakukan saban hari. Biasanya Ia melaut sekali dua hari atau tergantung kondisi cuaca.

Hasil tangkapan pun kadang turun naik.

Selain Zaroti, ada puluhan nelayan lainnya yang mengadu nasib di lokasi yang sama.

"Di Pantai Pasir Padi saja ada lima puluhan nelayan, di Tanjung Bunga ada lagi, banyak," kata Zaroti saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Terobosan Kampung Tangkal Covid-19 Bantu Warga Kena PHK: Lahan Penuh Ular Jadi Kebun Sayur, Saluran Kumuh Jadi Tambak Ikan

Saat pandemi, hidup sebagai nelayan lebih menjanjikan ketimbang jadi seniman

Bagi Zaroti, pekerjaan sebagai nelayan mau tak mau harus tetap dilakoni. Dari situ ia bisa membiayai kehidupan sehari-hari.

Sementara penghasilan dari pertunjukan seni dambus dan penjualan alat musiknya tak bisa diharapkan penuh.

"Dalam sebulan tak ada orderan sama sekali. Jadi penghasilan dari nelayan inilah untuk menyambung hidup," ujar Zaroti.

Bagi Zaroti, kehidupan sebagai nelayan dan pemain seni dambus adalah dua sisi yang berbeda.

Bermain dambus bagi Zaroti adalah panggilan jiwa. Ia merasakan kesenian tersebut telah mendarah daging.

Baca juga: Pentas di Dapur, Siasat Seniman Gelar Pertunjukan Kala Pandemi

Keterampilan tradisional itu diperoleh dari sang kakek. Tak terasa sudah 20 tahun lebih profesi sebagai pengrajin dan musisi dambus dilakoni Zaroti.

Namun disebabkan pandemi yang berkepanjangan, Zaroti harus memutar haluan. Menghadang gulungan ombak yang tiada habis-habisnya.

Jari jemarinya yang biasa memetik senar, kini harus terbiasa menggenggam tangkai dayung nan kaku.

Beruntung Zaroti saat ini telah memiliki mesin tempel, sehingga bisa sedikit menghemat tenaga di usianya yang mulai senja.

Pekerjaan sebagai nelayan, kata Zaroti bukanlah sesuatu yang baru baginya.

Keluarganya secara turun-temurun dulunya juga bekerja sebagai nelayan.

Baca juga: Surya Sukses Bawa Cincin Perak Kotagede Tembus Pasar AS, Kolaborasi dengan Seniman dan Merek Lokal

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelni Hentikan Pelayaran Rute Bintan-Natuna Selama Sekitar 20 Hari

Pelni Hentikan Pelayaran Rute Bintan-Natuna Selama Sekitar 20 Hari

Regional
Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Regional
Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Regional
Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Regional
Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Regional
Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Regional
Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com