Sejarawan Pangkalpinang, Akhmad Elvian mengatakan, pada ruang depan atau ruang tamu rumah orang Darat di Bangka terdapat beberapa tanduk Rusa dan beberapa senjata serta juga sering ditemukan alat musik petik senar.
Namun, Franz Epp, dalam buku berjudul "Schilderungen aus Hollandisch-Ostinden, Heidelberg 1852" tidak menyebut secara terinci apa nama alat musik yang selalu ada di tiap rumah orang Darat, tetapi hanya menyebutnya dengan alat musik petik senar.
"Kemungkinan besar penamaan alat musik petik senar tersebut dengan penamaan Dambus, diberikan setelah orang Darat pribumi Bangka banyak yang memeluk agama Islam. Disebut orang Selam dan pengikut Muhammad," kata Elvian.
Menurut Elvian, sebutan Dambus terutama setelah mendapat pengaruh alat musik irama padang pasir yang disebut Gambus.
Dambus dapat diartikan sebagai satu bentuk kesenian, dapat diartikan sebagai lagu dan tarian serta diartikan juga sebagai nama alat musik. Keunikan Dambus semakin sempurna dilihat dari bentuk fisiknya yang mencerminkan simbol hewan atau binatang Rusa (Cervus equimus) atau Kijang (Muntiacus muntjak).
Menilik bentuk fisik yang menggambarkan hewan atau binatang, menunjukkan kesenian Dambus telah berkembang sebagai salah satu bentuk kesenian pra Islam di pulau Bangka.
"Dalam ajaran Islam sangat dilarang adanya pembuatan sesuatu yang mirip patung atau berhala sebagaimana bentuk alat musik Dambus. Artinya ini pra atau sebelum mengenal Islam," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.