Selain Wiwin, kekhawatiran akan penundaan WFB juga dirasakan oleh Bayu Adisastra.
Pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di kawasan Renon, Denpasar, itu juga khawatir akan terjadi pembatasan pergerakan orang imbas adanya ledakan kasus di luar daerah.
"Kami khawatirkan karena adanya peningkatan kasus di Jawa akan mengakibatkan pembatasan berpergian Kementerian dan Lembaga serta BUMN ke Bali," kata dia.
Baca juga: Penyebab Meningkatnya Kasus Covid-19 di Bali, dari Berlibur hingga Work From Bali
Baginya, program WFB yang sudah mulai dijalankan sudah memberikan dampak terhadap industri yang ia punya.
"Dampaknya sudah mulai terasa meskipun volumenya masih kecil sekali khususnya bagi kawan-kawan UMKM dan pelaku usaha pariwisata. Hotel saya occupancy sempat 25 persen atau terisi 70 kamar,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Partha Adnyana mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata untuk tetap bergandengan tangan menciptakan situasi yang kondusif.
Ia juga membantah kenaikan kasus positif Covid-19 di Bali disebabkan karena adanya WFB.
"Saya berbicara dengan data dan fakta di lapangan, bahwa 3 green zone (Sanur, Ubud, Nusa Dua) sebagai rujukan tempat WFB masih sangat terkendali. Dalam situasi saat ini kita justru harus bersatu," kata dia.
"Kalau memang ada yang sakit saat bekerja disini, kita rawat saja. Semua sudah kita siapkan mekanisme nya“ pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.