SURABAYA, KOMPAS.com - Jumlah siswa di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) meningkat.
Tahun lalu, jumlah total siswa kategori MBR sebanyak 1.174 orang dan sudah mendapatkan penanganan lewat BOS, bopda dan program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan.
Namun, tahun ini, siswa yang masuk dalam kategori MBR meningkat jadi 8.309 pelajar.
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji mengatakan, meningkatnya siswa dengan kategori MBR ini dampak dari adanya pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu.
Baca juga: Dapat Rp 900 Juta dari Panen Porang, Petani Ini Beli Mobil dan Tanah
Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya telah melakukan pendataan sejak bulan lalu dengan mengumpulkan sejumlah informasi, mulai data pagu rombongan belajar hingga data siswa yang tidak mampu.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, melonjaknya siswa yang masuk data MBR ini disebabkan dua faktor.
"Pertama karena pandemi virus corona, warga yang sebelumnya punya penghasilan tetap kini menganggur karena diberhentikan dari pekerjaan," kata Armuji, saat dikonfirmasi, Kamis (15/4/2021).
Penyebab kedua, penerimaan peserta didik baru (PPDB) belum berjalan.
Dengan begitu, pemkot belum mengetahui pelajar yang diterima di jalur prestasi, pindah tugas orangtua, afirmasi, serta zonasi.
Armuji mengatakan, meningkatnya jumlah siswa yang masuk data MBR ini perlu mendapat perhatian.
Karena tidak semua siswa bisa mendapatkan bantuan BOS dan bopda, pihaknya mengumpulkan sebanyak 65 pengusaha untuk turut membantu biaya penggalangan dana pendidikan bagi siswa di Surabaya.
"Makanya, kemarin kami memanggil pengusaha-pengusaha itu supaya siswa miskin bisa menjadi anak asuhnya," kata Armuji.