Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) mengerahkan enam anjing pelacak membantu pencarian koban banjir bandang dan longsor di Flores Timur dan Lembata.
Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Rishian Krisna Budhiaswanto mengatakan, tiga anjing pelacak dikirim ke Kabupaten Lembata, sisanya dikirim ke Pulau Adonara, Flores Timur.
"Anjing pelacak ini sudah tiba di Larantuka, Flores Timur sejak Rabu (7/4/2021) dan dikirim ke Pulau Adonara dan Kabupaten Lembata pada Kamis (8/4/2021) dengan kapal laut," ungkap Krisna kepada Kompas.com, Kamis siang.
Polda NTT juga menurunkan pawang, termasuk dua polisi wanita (polwan) yang menjadi pawang anjing pelacak.
Anjing pelacak yang diterjunkan ke lokasi bencana itu di antaranya, satu ekor jenis pointer, dua ekor anjing gembala Jerman, dan tiga ekor Belgian malinois.
"Seluruhnya memiliki kemampuan Cadaver (pencarian mayat)," kata Krisna.
Baca juga: KKB Pimpinan Sabinus Waker Menuju Kabupaten Puncak, Begini Penjelasan Kapolda Papua...
Krisna menjelaskan, hingga saat ini masih puluhan korban banjir bandang dan tanah longsor yang belum ditemukan.
"Diperkirakan puluhan orang ini tertimbun material lumpur dan tanah pasca bencana alam ini," ujar Krisna.
Upaya pencarian secara manual dari TNI, Polri dan warga masyarakat dilakukan secara manual karena alat berat belum bisa menembus lokasi bencana di Pulau Adonara dan Kabupaten Lembata.
Juru bicara Pemprov NTT Marius Ardu Jelamu menambahkan, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat telah menetapkan status keadaan siaga darurat sejak akhir Desember 2020.
Penetapan status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur NTT Nomor 364/KEP/HK/2020 pada 21 Desember 2020 tentang status keadaan siaga darurat penanganan bencana banjir, tanah longsor, angin siklon tropis, gelombang lasang, dan abrasi di Provinsi NTT.
Marius Ardu Jelamu menyebut, dirinya baru saja mendapatkan surat keputusan itu dari Sekda NTT.
"Keputusan Gubernur ini menandakan pemerintah Provinsi NTT sangat memperhatikan informasi dari BMKG," ujar Marius.