Marten yang merupakan pensiunan Kepala Sekolah SDN 001 Tau Lumbis ini mengatakan, ia bukanlah orang kaya atau orang yang memiliki banyak tanah.
Tanah yang dihibahkan semata-mata menjadi dukungan percepatan pembangunan di kecamatan yang baru dimekarkan tersebut.
Ia sangat ingin melihat kampung halamannya berubah, tidak ada lagi anggapan ‘orang miskin tidak boleh sakit’ melihat keadaan perbatasan RI – Malaysia yang berpuluh tahun belum merasakan hak yang sama sebagai warga negara.
"Bagaimana supaya Lumbis ini maju, yang sakit cepat teratasi. Kalau sakit harus bertaruh nyawa lagi, seakan akan tidak manusiawi kita rasa. Itu berpuluh tahun dirasa warga perbatasan kan?" katanya.
Baca juga: Pembawa 1 Kg Sabu dari Perbatasan RI-Malaysia Ditangkap, Diduga Suruhan Napi Lapas Pontianak
Ada alternatif perjalanan murah di Lumbis Hulu
Menanggapi adanya tanah hibah untuk pembangunan Puskesmas, Camat Lumbis Hulu Justinus memberikan apresiasi dan mengaku sangat berterima kasih.
Justinus membenarkan penuturan Marten. Sampai saat ini warganya harus merogoh kocek Rp 8 juta dengan perjalanan menggunakan ketinting selama 6 sampai 8 jam untuk menuju kota.
"Memang seperti itu kondisi kami di perbatasan. Semoga dengan pemekaran ini, perlahan akan berubah. Terutama sekali Puskesmas," katanya.
Sebagaimana wilayah perbatasan lainnya, Kecamatan Lumbis Hulu juga sangat bergantung dengan Malaysia.
Baca juga: Sejak 2008, Ada 41 WNI Divonis Hukuman Mati di Malaysia
Sejak Malaysia lockdown akibat wabah Covid-19, keterisolasian Lumbis Hulu kian terasa.
Sebenarnya, ada alternatif jalan dengan biaya murah di Lumbis Hulu yaitu dengan mengaktifkan Bandara Lumbis Hulu.