Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Rencana Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir, Jalani 11 Tahun Penjara hingga Kembali Dakwah

Kompas.com - 06/01/2021, 13:43 WIB
Rachmawati

Editor

Lantas, siapa pemimpin yang paling berpengaruh?

Al Chaidar menganggap, mantan pemimpin Jamaah Islamiyah, Abu Tholut adalah pemimpin yang paling berpengaruh, sebab ia mampu mengubah metode perjuangan Jamaah Islamiyah.

"Yang bisa melakukan itu bukan Abu Bakar Ba'asyir, melainkan Abu Tholut dan dia sangat dihormati oleh berbagai angkatan di Jamaah Islamiyah, termasuk Dulmatin," katanya.

Ansyaad Mbai, ketika menjabat sebagai BNPT, pernah menyematkan label "teroris paling berbahaya" kepada Abu Tholut.

Ia dianggap lebih berbahaya ketimbang gembong teroris Noordin M Top dan Dulmatin.

Baca juga: Maju Mundur Pembebasan Abu Bakar Baasyir

Abu Tholut disebut telah bebas pada 2015, setelah menjalani vonis hukuman penjara 8 tahun atas keterlibatannya dalam aksi terorisme di Medan.

Ia memprediksi Abu Tholut akan berperan sebagai pemimpin gerakan Islam radikal yang akan menjadi "gerakan oposisi yang paling logis dan rasional".

"Dia bisa menterjemahkan manhaj atau metode dan cara-cara keagamaan secara Islam dalam merebut kekuasaan," katanya.

Baca juga: Bola Ada di Tangan Abu Bakar Baasyir...

Petugas membongkar atribut-atribut saat melakukan penutupan markas DPP Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta, Rabu (30/12/2020).ANTARA FOTO Petugas membongkar atribut-atribut saat melakukan penutupan markas DPP Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta, Rabu (30/12/2020).
Walaupun, kata Al Chaidar, saat ini Abu Tholut tidak dianggap sebagai seorang imam lantaran ia menghindari hal tersebut karena masih ingin bergerak di atas tanah.

"Kalau suatu saat nanti dia dalam dalam satu setting sejarah mengharuskan dia harus bergerak di bawah tanah, maka dia memiliki infrastruktur jaringan yang sangat luas dengan metode yang pernah dipakai Jamaah Islamiyah yang bisa menyebar ke seluruh Asia Tenggara, tidak hanya Indonesia," jelas Al Chaidar.

Adapun pendiri JAD, Aman Abdurrahman, kata Al Chaidar, hanya diikuti oleh pendukung yang sangat tradisonal.

"Banyak dari mereka yang ikut dalam gerakan ISIS dan JAD adalah mereka-mereka yang tidak begitu mengandalkan logika dan itu akan habis dengan sendirinya," kata Al Chaidar.

Baca juga: Pemerintah Batal Bebaskan Abu Bakar Baasyir, Ini Kata Yusril

Selain itu, lanjutnya, aksi yang mereka lakukan sangat brutal dan cara mereka beroposisi melawan negara layaknya "pemberontak primitif".

"Jadi nggak secanggih dan sehebat Jamaah Islamiyah yang mengadopsi teori-teori dan manajemen modern."

JIka disandingkan antara Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba'asyir, Al Chaidar menganggap Aman lebih "sangat radikal" ketimbang Ba'asyir.

"Ia sangat hitam putih dan tidak memiliki referensi yang rumit. Sehingga karena hitam putih itulah dia gampang didukung oleh pengikutnya yang rata-rata kurang pendidikan," katanya.

Baca juga: Pemerintah Pastikan Batal Bebaskan Abu Bakar Baasyir, Ini Sebabnya...

Aman Abdurrahman dijatuhi hukuman mati karena terbukti menjadi penggerak sejumlah aksi teror di Indonesia.

Antara lain, aksi teror bom di gereja Samarinda pada 13 November 2016, bom Thamrin pada Januari 2016, bom Kampung Melayu pada 24 Mei 2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di Bima pada 2017

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com