Pakar Terorisme Al Chaidar, mengungkapkan pembebasan Ba'asyir tidak akan berdampak signifikan pada gerakan terorisme di Indonesia, sebab peran dan pengaruhnya sudah jauh berkurang.
"Dia sudah berada di titik nadir, artinya pendukungnya mungkin tinggal 10%, paling banyak, dari 16.000 ketika ia ditangkap. Paling sekarang tinggal 160 orang. Saya kira tidak banyak lagi yang mau mendukung dia itu," jelas Al Chaidar.
Ia menggolongkan Abu Bakar Ba'asyir sebagai "pemimpin oportunis dan populis", yang tidak konsisten.
"Ia adalah orang terpengaruh dan mengikuti apa yang disarankan oleh pengikutnya."
Baca juga: Jumat, Abu Bakar Baasyir Bebas Murni
Ketika Abu Bakar Ba'asyir meninggalkan Jamaah Islamiyah, kata Al Chaidar, banyak pendukungnya yang kecewa dan berpaling darinya.
Ia kemudian bergabung ke Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan menjadi pemimpin kelompok itu.
Namun tiba-tiba, menurut Al Chaidar, Abu Bakar Ba'asyir mengkritisi sistem organisasi MMI yang disebutnya sebagai "sistem Yahudi".
"Itu membuat kecewa orang-orang Majelis Mujahidin di Yogyakarta dan seluruh cabangnya yang ada di Indonesia," terang Al Chaidar.
Baca juga: Kesehatan Menurun, Abu Bakar Baasyir Dilarikan ke RSCM
Ia kemudian diadili atas keterlibatannya dalam pelatihan teroris itu. Namun di pengadilan, ia membantahnya.
Al Chaidar melanjutkan Abu Bakar Ba'asyir telah mengecewakan pendukungnya ketika pada 2014 - ketika menjalani vonis hukuman penjara - ia meninggalkan JAT dan bergabung ke Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang mendukung ISIS.
Itu membuat semua pengikutnya di JAT meninggalkan Ba'asyir dan membentuk organisasi bernama Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) pada 2015.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Ajukan Permohonan Asimilasi ke Presiden Jokowi
Kelompok-kelompok Jamaah Islamiyah, dan kelompok pendukungnya yang lain menganggap perubahan haluan itu sebagai "sikap plin-plan" Abu Bakar Ba'asyir.
"Semua pendukung setia dia sudah meninggalkan dia hingga hari ini," kata Al Chaidar.
Lebih lanjut, pengamat terorisme yang juga dosen Antropologi di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe itu mengatakan ketika bergabung dengan JAD, ia berbaiat kepada ISIS.
Menurut Al Chaidar, itu membuat Ayman al-Zawahiri - penerus Osama bin Laden di Al Qaeda - murka.
Baca juga: Ini Alasan Abu Bakar Baasyir Golput Pada Pemilu 2019
Selama ini, ISIS dipandang sebagai musuh utama Al Qaeda yang berkonfrontasi langsung di Suriah, Irak, Yaman dan Afghanistan.
"Ini menunjukkan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir tidak lagi didukung dan tidak lagi memiliki afiliasi apapun. Al Qaeda kemudian bahkan memutuskan untuk tidak mendukung ustaz Abu Bakar Ba'asyir," katanya.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Jalani Pemeriksaan Kesehatan di RSCM
Setelah tidak ada dukungan lagi, pada tahun 2018, ia keluar dari JAD atas permintaan pendukungnya yang berada di bawah JAS.
"Ketika ia keluar, itu membuat orang-orang ISIS tak lagi mengidolakan dia dan justru mengidolakan Aman Abdurrahman yang berani menerima hukuman mati ketimbang ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang selalu menyiapkan tim pembelanya untuk menghindari hukuman mati," jelas Al Chaidar.
"Dia dianggap tidak cukup radikal," lanjutnya.
Baca juga: Temui Fadli Zon, Ini yang Dibicarakan Pengacara Abu Bakar Baasyir