Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggantungkan Harapan pada Teknologi Pertanian...

Kompas.com - 20/12/2020, 08:33 WIB
Reni Susanti,
Rachmawati

Tim Redaksi

Ia masih mengandalkan cara-cara lama dalam berkebun. Mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiraman, hingga nantinya panen.

"Hasilnya, ya segitu-gitu aja. Kadang naik atau turun. Kalau naik juga ga banyak," tutur dia.

"Jumlah pupuk dan air berdasarkan pengalaman dan insting saja. Kadang saya campur dengan pupuk kandang karena sekarang susah mendapatkan pupuk subsidi," tambahnya.

Baca juga: Serangan Kera Liar Rusak Lahan Pertanian Warga di Kabupaten Semarang

Hal serupa disampaikan petani dari Pangalengan Bandung, Dani Ramdani (41). Salah satu kendala dalam agribisnis adalah pemasaran dan pupuk.

Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi kini harus memiliki kartu tani. Kartu tersebut bisa didapat bila petani berkelompok.

Ia sendiri masih menggunakan pupuk non subsidi. Secara kualitas, ada beberapa pupuk yang digunakan olehnya lebih baik ketimbang pupuk subsidi.

Rasio penggunaan pupuknya lebih sedikit dengan hasil panen yang lebih baik. Namun karena harga mahal, tidak banyak yang menggunakan.

Begitupun dalam hal teknologi pertanian, akan sulit bagi petani bila tidak dibantu pihak lain.

Baca juga: Sulit Pekerjaan dan Lahan Pertanian Rusak, Pemuda di Sigi Sulap Lahan Bekas Likuefaksi Jadi Taman Wisata

Melakukan inovasi

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Herry Suhardiyanto mengatakan, produktivitas pertanian di Indonesia terbilang rendah karena teknologi sangat terbatas.

"Index inovasi Indonesia peringkat kedua terendah di ASEAN setelah Kamboja," ungkap Herry.

Dalam Global Innovation Index (GII) 2019 disebutkan, Indonesia memiliki skor 29,8 atau peringkat ke-85 dari 129 negara di dunia.

Di ASEAN, peringkat inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah. Negara ASEAN yang menduduki posisi puncak adalah Singapura (10 besar dunia), Malaysia (35), kemudian Vietnam (42).

Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Bunga Krisan Malah Tembus Pasar Jepang

Kondisi ini harus diperbaiki untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Salah satunya dengan pengembangan pertanian modern.

Caranya dengan pengembangan smart farming, pengembangan dan pemanfaatkan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.

Kemudian pengembangan food estate hingga pengembangan korporasi petani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com