"Dari sisi produksi, penting juga menerapkan inovasi teknologi, penciptaan nilai tambah, dan peningkatan daya saing," tutur Herry.
Baca juga: 1 Tahun Kabinet Indonesia Maju, Pertanian Sumbang Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi
Kebutuhan teknologi pertanian disadari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di tengah ancaman krisis pangan 2021.
Penerapan pertanian berbasis sains selain bisa meningkatkan produktivitas juga akan menarik minat generasi muda.
Apalagi petani muda saat ini masih rendah. Data Kementerian Pertanian tahun 2020 menyebutkan, petani berusia 20-39 tahun di Indonesia hanya 2,7 juta atau 8 persennya dari total 33,4 juta petani.
Baca juga: Desa Hargobinangun Sleman Lahirkan Petani Muda
"Kami ingin mengembangkan teknologi pertanian. Drone terbang membawa pupuk cair disemprotkan, melihat penyiraman dengan mekanik. Jika musim kemarau, bisa menggunakan infus tetes," tutur Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.
Untuk mewujudkannya, ia mengeluarkan program Sistem Informasi Peta Peruntukan Perkebunan (Si Perut Laper) hingga membentuk pusat digital desa untuk memperlancar pemasaran.
Pemprov Jabar pun mewadahi buyer dengan petani, sehingga nanti tak ada lagi cerita produk tani Jabar tidak terserap pasar.
Baca juga: Petani Muda Indonesia Hanya 1 Persen, Pakar IPB: Peluang Usaha Tani Besar
Pertama, precission farming yakni memformulasi pupuk custom yang disesuaikan dengan kondisi tanah, kebutuhan hara tanaman, dan kebutuhan konsumen.
Dengan inovasi ini, produktivitas dipastikan meningkat. Pemakaian pupuk pun lebih hemat dan mengurangi pencemaran lingkungan karena tidak banyak pupuk yang terbuang.
"Kesulitannya diperlukan peralatan produksi yang fleksibel untuk membuat berbagai formula dalam jumlah relatif kecil," ujar Vice President Riset PT Pupuk Kujang Probo Condrosari.
Baca juga: Kebal Corona, Sektor Pertanian Tetap Tumbuh Positif
Kedua, pupuk berbasis hayati yang bisa memperbaiki kualitas tanah, ramah lingkungan, meningkatkan efektivitas penyerapan pupuk, dan meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil.
Ketiga, smart and modern farming. Yaitu pengembangan pertanian modern dengan pengaturan kondisi lingkungan sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman menggunakan smart greenhouse.
"Kesulitannya teknologi ini masih mahal di Indonesia," ucap dia.
Baca juga: Dukung Pertanian dan Peternakan, Kementan Bangun Embung di Brebes
Karena itu, pengembangan budidaya dengan smart greenhouse masih menyasar komoditas high level market segment dengan keunggulan kualitas produk baik dan seragam, penampilan produk dan rasa terbilang baik, bahkan less pesticide sehingga baik untuk kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.