Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumur Bekas Tambang di Kulon Progo Diubah Jadi Tempat Wisata Sejarah

Kompas.com - 14/12/2020, 20:08 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com –Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memperindah mulut sebuah sumur tua di Pedukuhan Kliripan, Kalurahan (desa) Hargorejo, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lubang ini merupakan pintu masuk sebuah bekas tambang batu mangan.

Lokasi itu kini tampak lebih menarik, karena dibikin tangga menurun, talut penahan longsor, saluran pembuangan, pembatas sekeliling sumur, dan pagar sumur.

Baca juga: Menengok Kampong Reklamasi Selinsing, Lahan Bekas Tambang yang Jadi Objek Wisata

Pemerintah melalui Kundha Kabudayan atau Dinas Kebudayaan Kulon Progo menatanya lingkungan itu menjadi geoheritage sebagai bagian dari cagar budaya dan warisan budaya.

“Cagar budaya dan warisan itu benar bisa lestari dan tidak hilang. Ini bisa menjadi cerita bagi anak cucu kelak,” kata Kepala Bidang Warisan Budaya Kundha Kabudayan Kulon Progo, Siti Isnaini ditemui di Kulon Progo, Senin (14/12/2020).

Sumur tua yang juga terowongan masuk bekas lubang galian tambang jadi lokasi wisata di Pedukuhan Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air memenuhi lubang saat musim hujan.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sumur tua yang juga terowongan masuk bekas lubang galian tambang jadi lokasi wisata di Pedukuhan Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air memenuhi lubang saat musim hujan.

Sumur sedalam lebih dari 90 meter ini punya cerita tentang penambangan batu mangan yang berkembang di Kulon Progo.

Di sana menjadi lokasi beroperasi Pusat Penelitian Tambang Mineral (PPTM) di waktu lalu.

Sumur tersebut sejatinya terhubung terowongan baik vertikal maupun horisontal ke beberapa lubang lain, yang oleh warga ada yang menyebut lubang lain sebagai Tambang Sunoto, ada lokasi lain disebut Tambang Holiday.

Baca juga: Tambang Emas Liar di Lebak Mengalami Longsor, 4 Orang Tewas, 2 Hilang

Pemerintah berniat melestarikan semua lubang tambang. Dengan demikian, akan menjadi gambaran besar masa lalu tentang kejayaan tambang mangan di sana, bahkan sejak zaman kolonial Belanda.

Sumur tua yang juga terowongan masuk bekas lubang galian tambang jadi lokasi wisata di Pedukuhan Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air memenuhi lubang saat musim hujan.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sumur tua yang juga terowongan masuk bekas lubang galian tambang jadi lokasi wisata di Pedukuhan Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon (kecamatan) Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air memenuhi lubang saat musim hujan.
Revitalisasi bekas tambang mangan ini kelanjutan Keputusan Menteri ESDM Nomor 2026.K/40/MEM/2018 tentang Penetapan Kawasan Cagar Alam Geologi DIY.

Dalam keputusan itu bekas tambang mangan Kliripan-Karangsari di Hargorejo Kokap merupakan salah satu kawasan cagar alam geologi DIY dari 9 tempat lainnya.

“Kami mengakuisisi lahan di dua titik dulu pada 2018, yakni Kliripan salah satunya. Titik lain akan menjadi rencana ke depan. (Revitalisasi) dilaksanakan tahun ini di titik PPTM, berikutnya dari yang titik lain,” kata Isnaini.

Baca juga: Cerita FR yang Hilang di Tambang Pasir, Tidur di Backhoe Saat Awan Panas Gunung Semeru Menerjang

Revitalisasi sendiri berlangsung sebagai upaya pelestarian yang sekaligus bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga.

Karenanya, bekas tambang ini akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat lewat kegiatan wisata sejarah.

“Kita akan kerja sama dengan Pokdarwis dan komunikasi dengan kantor desa,” kata Kepala Seksi Warisan Budaya Benda Kundha Kabudayan, Fitriatiningsih Fauzatun.

“Tahun depan masih akan dikembangkan. Tergantung bagaimana semua pihak bisa memanfaat hal ini,” kata Fitri.

Baca juga: Setelah Ada Tambang, Tiap Tahun Petani di Kukar Merugi karena Sawah Terendam Banjir

Bekas tambang ini dibangun kembali pada September 2020 lewat anggaran dana keistimewaan senilai Rp 500 juta.

Terowongan vertikal tambang mangan Kliripan selesai dibangun tempo 75 hari.

Cerita warga sekitar

Suroto, warga yang tinggal tak jauh dari sumur tua itu, menceritakan selama ini kondisi lubang tambang sangat memprihatinkan.

Meski dipagari, tapi warga menjadikan sumur itu sebagai tempat membuang sampah.

Ketika musim panas, air yang memenuhi sumur itu kering dan tumpukan sampah tampak di sana.

“Terutama kaca. Banyak dibuang ke sana,” kata Sunoto.

Baca juga: Pencarian 7 Penambang Emas Tertimbun Lubang Tambang di Kalteng Dihentikan

Dia pun mengaku senang tempat itu dipugar menjadi lebih menarik. Dengan demikian, sumur itu bisa lebih terjaga.

“Saya senang lokasi ini diperbaiki. Semoga benar bisa dimanfaatkan sebesarnya untuk warga,” kata Sunoto.

Sadikin, warga yang juga tak jauh dari tambang. Ia menceritakan bagaimana tambang memiliki cerita orangtua di masa lalu.

Mayoritas masyarakat adalah petani dan pekebun di lahan sendiri. Ketika itu, warga senang dan berharap ada penghasilan lebih baik dari pertanian.

Baca juga: Kisah Pilu Uun, Suami dan 2 Anaknya Tertimbun di Lubang Tambang Emas, Satu Diketahui Meninggal

Saksi hidupnya banyak, kata Sadikin, termasuk orangtuanya yang mengisahkan bagaimana mereka menggali dan mengangkat batu.

Batu ditarik ke atas dengan mesin, lalu dibawa kereta.

“Karenanya kami warga ikut senang, biar ini bisa menjadi cerita untuk anak cucu kami,” kata Sadikin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com