Salin Artikel

Sumur Bekas Tambang di Kulon Progo Diubah Jadi Tempat Wisata Sejarah

Lubang ini merupakan pintu masuk sebuah bekas tambang batu mangan.

Lokasi itu kini tampak lebih menarik, karena dibikin tangga menurun, talut penahan longsor, saluran pembuangan, pembatas sekeliling sumur, dan pagar sumur.

Pemerintah melalui Kundha Kabudayan atau Dinas Kebudayaan Kulon Progo menatanya lingkungan itu menjadi geoheritage sebagai bagian dari cagar budaya dan warisan budaya.

“Cagar budaya dan warisan itu benar bisa lestari dan tidak hilang. Ini bisa menjadi cerita bagi anak cucu kelak,” kata Kepala Bidang Warisan Budaya Kundha Kabudayan Kulon Progo, Siti Isnaini ditemui di Kulon Progo, Senin (14/12/2020).

Sumur sedalam lebih dari 90 meter ini punya cerita tentang penambangan batu mangan yang berkembang di Kulon Progo.

Di sana menjadi lokasi beroperasi Pusat Penelitian Tambang Mineral (PPTM) di waktu lalu.

Sumur tersebut sejatinya terhubung terowongan baik vertikal maupun horisontal ke beberapa lubang lain, yang oleh warga ada yang menyebut lubang lain sebagai Tambang Sunoto, ada lokasi lain disebut Tambang Holiday.

Pemerintah berniat melestarikan semua lubang tambang. Dengan demikian, akan menjadi gambaran besar masa lalu tentang kejayaan tambang mangan di sana, bahkan sejak zaman kolonial Belanda.

Dalam keputusan itu bekas tambang mangan Kliripan-Karangsari di Hargorejo Kokap merupakan salah satu kawasan cagar alam geologi DIY dari 9 tempat lainnya.

“Kami mengakuisisi lahan di dua titik dulu pada 2018, yakni Kliripan salah satunya. Titik lain akan menjadi rencana ke depan. (Revitalisasi) dilaksanakan tahun ini di titik PPTM, berikutnya dari yang titik lain,” kata Isnaini.

Revitalisasi sendiri berlangsung sebagai upaya pelestarian yang sekaligus bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga.

Karenanya, bekas tambang ini akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat lewat kegiatan wisata sejarah.

“Kita akan kerja sama dengan Pokdarwis dan komunikasi dengan kantor desa,” kata Kepala Seksi Warisan Budaya Benda Kundha Kabudayan, Fitriatiningsih Fauzatun.

“Tahun depan masih akan dikembangkan. Tergantung bagaimana semua pihak bisa memanfaat hal ini,” kata Fitri.

Bekas tambang ini dibangun kembali pada September 2020 lewat anggaran dana keistimewaan senilai Rp 500 juta.

Terowongan vertikal tambang mangan Kliripan selesai dibangun tempo 75 hari.


Cerita warga sekitar

Suroto, warga yang tinggal tak jauh dari sumur tua itu, menceritakan selama ini kondisi lubang tambang sangat memprihatinkan.

Meski dipagari, tapi warga menjadikan sumur itu sebagai tempat membuang sampah.

Ketika musim panas, air yang memenuhi sumur itu kering dan tumpukan sampah tampak di sana.

“Terutama kaca. Banyak dibuang ke sana,” kata Sunoto.

Dia pun mengaku senang tempat itu dipugar menjadi lebih menarik. Dengan demikian, sumur itu bisa lebih terjaga.

“Saya senang lokasi ini diperbaiki. Semoga benar bisa dimanfaatkan sebesarnya untuk warga,” kata Sunoto.

Sadikin, warga yang juga tak jauh dari tambang. Ia menceritakan bagaimana tambang memiliki cerita orangtua di masa lalu.

Mayoritas masyarakat adalah petani dan pekebun di lahan sendiri. Ketika itu, warga senang dan berharap ada penghasilan lebih baik dari pertanian.

Saksi hidupnya banyak, kata Sadikin, termasuk orangtuanya yang mengisahkan bagaimana mereka menggali dan mengangkat batu.

Batu ditarik ke atas dengan mesin, lalu dibawa kereta.

“Karenanya kami warga ikut senang, biar ini bisa menjadi cerita untuk anak cucu kami,” kata Sadikin.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/14/20085491/sumur-bekas-tambang-di-kulon-progo-diubah-jadi-tempat-wisata-sejarah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke