Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Ada Tambang, Tiap Tahun Petani di Kukar Merugi karena Sawah Terendam Banjir

Kompas.com - 03/12/2020, 05:45 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Langkah Harnoto terlihat lebih cepat menyusuri pinggiran sawah.

Dia menunjuk ke arah bentangan persawahan yang sepekan terakhir tergenang air.

“Itu semua padi terendam banjir,” ungkap petani asal Desa Bukit Raya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kertanegara, tersebut kepada Kompas.com, Selasa (1/12/2020).

Hamparan sawah seluas 500 hektar itu milik 18 kelompok tani yang ada di Desa Bukit Raya. Namun, ada 400 hektar yang dikelola petani sebagai lahan produktif.

Ratusan lahan sawah itu, semuanya terendam banjir kala hujan deras mengguyur desa tersebut.

Baca juga: Sungai Meluap, 42 Desa dan 149 Hektar Sawah Terendam Banjir di Aceh Singkil

Jika sudah tergenang, butuh waktu sepekan sampai dua pekan baru air menyusut.

Karenanya, padi yang mulai tumbuh membusuk karena kelamaan terendam banjir. Para petani mengaku merugi.

Kondisi ini dialami para petani di desa ini sejak 2006.

Hal itu diduga dipicu bukaan lahan karena aktivitas industri pertambangan batu bara, perkebunan dan lain-lain yang ada di sekitar wilayah itu.

Sawah di Desa Bukit Raya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, yang terendam banjir pada Rabu (2/12/2020). KOMPAS.COM/ZAKARIAS DEMON DATON Sawah di Desa Bukit Raya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, yang terendam banjir pada Rabu (2/12/2020).

Selain itu luapan Sungai Pelajuan yang ada wilayah tersebut juga merendam sawah warga.

Banjir bikin kami gagal panen. Pernah 2006, ketinggian banjir sampai-sampai kita tunduk mau ambil padi, mulut kita sudah kena air,” tutur pria yang juga Kepala Desa Bukit Raya ini.

Untuk satu hektar lahan sawah, biasanya hasil panen padi sampai empat ton dalam satu tahun untuk dua kali panen.

Namun, jika banjir terus merendam, para petani gagal panen dan merugi hingga ratusan juta.

“Banjir ini keluhan utama kami. Apalagi kalau hujan terus,” terangnya.

Baca juga: Kepala BNBP Sebut Kecilnya Drainase Penyebab Sawah Terendam Banjir di Samarinda

Hal yang sama juga disampaikan petani lain, Harjo Wikarto.

Harjo mengaku karena gagal panen, membuat kebutuhan keluarga terganggu termasuk biaya anak sekolah.

Karena itu, pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini meminta kepada pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan yang mereka alami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com