Orang rimba sering ditipu
Banyak orang rimba pernah merasakan ditipu, lantaran tidak bisa baca tulis.
Gentar bertekad mencerdaskan anak-anak rimba dengan segala kekurangan dan keterbatasan.
Biasanya, warga dibohongi saat menjual hasil rimba. Mereka tidak paham soal harga dan berat timbangan.
"Akeh ingin kami orang rimba piado di paloloi (tidak dibodohi)," kata Gentar.
Gentar berharap suatu hari nanti anak-anaknya bisa lanjut sekolah formal.
Gentar ingin anak suatu hari nanti ada yang bisa menjadi dokter atau tenaga kesehatan.
Nguris, anak laki-laki satu-satunya Gentar menjadi harapannya untuk bisa sekolah lebih baik, mengikuti jenjang pendidikan formal dan memiliki kecakapan khusus kesehatan.
Kendala dalam adat
Perempuan bagi orang rimba memegang peranan sebagai penentu, termasuk mengenai keputusan mendidik anak di sekolah.
Ketika istri tidak mengizinkan anak bersekolah, suami biasanya juga mengalah dan tidak akan memperdebatkan lebih lanjut.
Perempuan bagi orang rimba adalah penjaga adat, sehingga interaksi mereka dengan dunia luar sangat dibatasi.
Meski istrinya melarang anak perempuannya sekolah formal, Gentar tetap mengajari anak-anak perempuannya membaca, menulis dan berhitung.
Gentar merupakan kader sekolah alternatif yang digagas Komunitas Konservasi Indonesia Warsi.
Awalnya, fasilitator Warsi yang menjadi tenaga pendidikan di kelompok ini.
“Dengan adanya kader ini, pendidikan untuk orang rimba menjadi lebih tersebar merata,” kata Jauharul Maknun selaku Fasilitator Pendidikan Warsi yang menjadi mentor Gentar dalam mengajar.